Minggu, 20 Desember 2015

Buku PMK Jilid 4: INSTING KORUPSI

INSTING KORUPSI

Jago menciptakan kebohongan, terampil menguasai emosi pihak lain lantas merekayasanya demi kepentingan pribadi. Meski lemah saat mengontrol kejiwaan sendiri namun mereka tahan menyimpan dendam dalam waktu lama, menunggu kesempatan untuk meledakannya di kemudian hari. Itulah ciri-ciri kuat psikopat (psyche: jiwa dan pathos: penyakit). Mereka juga culas serta ahli memanipulasi ekspresi, di samping egois, miskin empati, mati rasa atas sakit dan duka pihak lainnya.

Meski tidak mengidap psikopat, beberapa binatang memiliki sifat-sifat tersebut secara terpisah. Karena tubuhnya yang pendek dan tambun, Cantil (jenis ular di Meksiko) melakukan kebohongan saat memikat mangsa. Sebab, walau bisanya dapat mengakibatkan pendarahan dan gagal ginjal bagi korban gigitannya, namun ia tak mampu bergerak segesit kobra. Meski begitu banyak mangsa terkecoh godaan ekornya. Mereka yang tertarik, mendekat bahkan iseng bakal dia rangket dan habisi dengan racunnya. Burung Patu Patagonia kerap meninggalkan telur yang tengah dieraminya saat pemangsa tiba. Ia bakal berlari laksana burung luka yang patah sayapnya. Namun setiap kali pemangsa mendekat, ia akan bangkit dan berlari lagi. Sandiwara semacam itulah yang dimainkannya berkali-kali hingga pemangsa menjauh dari sarangnya, saat di mana ia bebas terbang pulang ke sarang. Komodo tak kenal ampun kepada siapa pun yang pernah menyakitinya. Dan, membunuh adalah satu-satunya cara yang ia pahami demi melunaskan dendamnya. Sekali saja ia sempat melihat orang yang menyakitinya, maka seumur hidup ia akan terus memburu orang itu lewat baunya. Di saat terancam bunglon bermimikri, mengubah warna kulitnya serupa dengan warna lingkungan di sekitarnya.

Entah apa yang ada dalam benaknya, begitu dewasa dan menemukan pasangannya Kedasih jantan dan betina tidak mau membuat sarang untuk menaruh telur atau mengeraminya. Sang betina justru menitip telur di sarang burung lain yang lebih kecil. Saat menitipkan telurnya ia dengan sadis juga membuang telur sang empunya sarang. Usai itu ia pun minggat untuk memikat pasangan baru. Lalu bertelur dan menitipkannya ke sarang burung lainnya lagi. Begitu seterusnya. Maka pengeraman dilakukan oleh induk betina lain. Perilaku buruk induk Kedasih menurun pada anaknya. Jika menetas lebih dulu, anak Kedasih tega melempar telur-telur induk tirinya yang belum menetas ke luar sarang. Paling tidak, ia akan mematuki telur-telur tersebut sampai bocor atau pecah.

Bisa dipastikan tidak ada seekor binatang pun yang memiliki serangkaian sifat psikopat tersebut secara utuh dan menyeluruh. Meski inspirasinya --bagian per bagian-- bisa jadi bersumber dari mereka, namun secara naluriah semua itu hanyalah bagian dari hukum alam di mana mereka mesti konsekwen demi mempertahankan hidupnya. Justru peradaban manusialah yang belakangan memadurangkaikan sifat-sifat tersebut lantas mencangkokkannya secara sempurna ke spesies baru bernama koruptor. Itulah kenapa spesies ini punya kemampuan prima dalam berbohong dan menipu sambil berceramah soal moral dengan mengharu biru, usai menikamkan libido kerakusannya. Ketika ketahuan curang, mereka pun sigap pasang tampang tidak berdosa. Bagi yang belum konangan atau yang berhasil lolos dari jerat hukuman, segera pula mereka menebar teror sekaligus unjuk kedigdayaan untuk menancapkan pisau dendam.

Dengan cepat spesies ini pun menjiplak insting kebinatangan lainnya. Sebagaimana lalat yang gemar mengerubuti kotoran dan memuntahkan air liurnya agar makanan melembek dan mudah disedot mulut mininya, koruptor pun selalu memburu gudang anggaran lantas meracuni legislasi dengan berbagai trik penyimpangan agar uang mengalir gampang ke kantong mereka. Meniru kejorokan babi yang gemar makan, tidur, dan mandi di atas kotorannya sendiri, koruptor juga membangun istana harta tempat mereka berasyik masyuk dengan leluasa tanpa ada yang mengganggunya. Bak serigala yang suka menyimpan bangkai busuk untuk disuapkan kepada anaknya, koruptor lantas membagi-bagi aliran dananya kepada keluarga, sanak kerabat, bahkan para gundiknya. Seperti sang srigala yang doyan melahap muntahannya sendiri, koruptor sedia menjelma siluman; menjadi tukang tadah penggasak proyek yang ia rancang dengan curang.
Maka jika kecoak mampu bertahan hidup tanpa kepala hingga hari yang ke sembilan, tanpa kekuasaan pun koruptor masih akan berdaya mengendalikan kehidupannya dengan sentosa. Bahkan jika sampai harus masuk penjara mereka tetap dapat memperoleh kemewahan berbonus kebebasan plesiran. Sebab dana abadi hasil jerih payahnya mencuri uang negara selalu selamat diamankan para kroninya! 

(Dimuat di Jawa Pos, Minggu 26 April 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.

SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.