Senin, 30 Juni 2014

Video Road Show 12 PMK: Heru Mugiarso Baca Puisi Menolak Korupsi

Untuk melihat videonya, silakan ke sini (Facebook Heru Mugiarso)

Kompetisi Internasional Musik Anti Korupsi 2014 (Belgia/Tunisia)

Edisi ke-4 dari Fair Play akan berlangsung pada Juni 2014 dengan bantuan (sebagai juri) musisi terkenal:
Badiaa Bouhrizi / Neyssatou (Tunisia),
ChocQuibTown (Colombia),
D-Kazman dari Dubmarine (Australia),
Dubioza Kolektiv (Bosnia dan Herzegovina),
Harrison Stafford dari Groundation (USA),
Simphiwe Dana (Afrika Selatan) dan
pemenang Fair Play tahun lalu (2013) Simponii (Indonesia).
Tugas mereka adalah untuk memilih band dengan yang terbaik pesan anti korupsi.

Band pemenang akan diterbangkan ke Tunisia di mana mereka akan berpartisipasi pada 16th IACC (International Conference Anti-Korupsi) di Tunisia dari 21-24 Oktober akhir tahun ini (2014).

Kompetisi terbuka untuk musisi muda: berusia 18-35 tahun, semua genre musik.

Untuk berpartisipasi, musisi diminta untuk merekam dan mengirimkan online, video musik yang memberikan suara untuk bagaimana korupsi mempengaruhi kehidupan mereka, komunitas atau masyarakat mereka pada umumnya.

Mengirimkan video musik ke www.anticorruptionmusic.org sebelum 18 Agustus 2014.

Lebih lengkap, silakan ke web: http://t.co/JpMCqt5DX7

Sabtu, 28 Juni 2014

Lagu Menolak Korupsi

Aransemen ke-2 "KONSER SASTRA"
di Sanggar Gaperto Art Community Mlonggo

Lagu Menolak Korupsi
Cipt. Didid Endro S. dan Gaperto Art Community Jepara

Lihat videonya di sini (youtube)

Selasa, 24 Juni 2014

Sosialisasi Puisi Menolak Korupsi, Baca PMK di Bus

Catatan admin:
Ada banyak cara mengenalkan buku PMK baik dari jilid I, II dan III (Pelajar Indonesia Menggugat!) ke khalayak. Salah satunya adalah baca puisi di bus. Atau bisa juga bareng kawan-kawan seniman atau penyair untuk ngadain pesta baca puisi kecil-kecilan dilingkungan/komunitas setempat. Sekecil apa pun tindakan kita, percayalah itu akan punya dampak positif. Paling tidak upaya penyadaran sudah dilakukan. Semua dicatat dan mendapat tempat!




Sumber: Facebook PMK (Abah Arsyad Indradi)

* * *




Sosialisasi Puisi Menolak Korupsi Jilid 3 (Pelajar Indonesia Menggugat!) di Komunitas Mendut Graha Prima Tambun Bekasi bersama Mas Mono, Bung Joeweni M. Said, Bung Slamet Mulyono, Mas Eko Kumarjatno, Mbak Yvone Carline, Ki Lanang Jaya, Musisi Pak De Sutardi, Mbak Dyah Kencono Puspito Dewi, Pak RT. Musodik (Paspamres)

Puisi: "Beternak Tikus" karya Matahari Adin S.B. - Jombang Jatim, "Kaum Anti Malu" karya Muhammad Muhammad Hafeedz Amar Riskha - Indramayu Jabar, "Muka Kayu" karya Nabila - Martapura Kalsel.

(Teks dan foto: Bambang Eka Prasetya)
*penyunting Ekohm Abiyasa

Sumber: Facebook Bambang Eka Prasetya.

Puisi Menolak Korupsi (PMK) Antologi Puisi Terdahsyat!

Oleh: Rg Bagus Warsono

Disampaikan dalam Road Show PMK di Kec. Sukra Indramayu, Jumat 20 Juni 2014

Pemberantasan korupsi setengah hati
Adalah Indonesia di 2013 ini. Sebuah negeri yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap dengan setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukkan dalam ketetapan MPR di awal reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepanjang era ini sampai sekarang dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan pemberantasan korupsi.

Semua hanya omong kosong/bualan, slogan verbalis, dan program ngambang yang bertujuan untuk membodohi rakyat. Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat dinilai baik.

Harapan rakyat kepada penegak hukum akan pemberantasan korupsi sebetulnya sudah dipercayakan pada penyelenggara penegakan hukum itu seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, sampai KPK, namun rakyat hanya menaruh harapan terus menerus tanpa melihat hasil yang berdampak pada perubahan karakter bangsa ini. Malah justru perilaku korup semakin menjadi-jadi. Akhirnya tumpuan harapan kepercayaan itu makin tak jelas dan akhirnya menjadi masa-bodoh dan akhirnya terserah saja pada yang menyelenggarakan pemerintah ini.

Bermula
Dunia sastra Indonesia 2013 dikejutkan dengan adanya karya puisi menolak korupsi yang ditulis oleh sastrawan se Nusantara. Seperti tersiram hujan semua rumput “nglilir” bergerak dan serentak dalam satu keinginan untuk negerinya menolak korupsi di Tanah Air ini. Lebih dari 200 sastrawan dari seluruh penjuru Tanah air terlibat menulis dalam antologi puisi yang bertema Puisi Menolak Korupsi (PMK). Adalah Leak Sosiawan (47) sastrawan asal Solo yang memiliki gagasan yang pada mulanya merupakan kegiatan seni sastra dengan menerbitkan antologi puisi menolak korupsi kini telah menjadi sebuah gerakan nasional dari kalangan sastrawan yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya korupsi.

Sumbangsih penyair untuk negeri
Dunia menyoroti kita sebagai salah satu negeri terkorup. Negara-negara donatur sudah geram melihat tingkah pejabat kita yang korup. Media bingung memberitakan kasus korupsi yang mana yang harus di beritakan pagi hari, karena saking banyaknya kasus korupsi yang masuk di meja redaksi. Alim ulama tak henti-henti menggemborkan untuk menyelamatkan negeri ini.

Sesekali tokoh muncul anti korupsi hanya untuk meraih suara, sudah itu ia juga termasuk dan melakukan korupsi. Lalu yang berteriak lantang membasmi korupsi kemuadian teriakan itu menjadi lagu nostalgia yang membikin orang kantuk. Pendek kata hanya isapan jempol semata.

Di sinilah penyair dengan berbagai keberadaannya yang sama sekali tidak ada perhatian dari pemerintah, bahkan boleh jadi pada komunitasnya yang ‘terpinggirkan’ dan mungkin ‘terbuang’ ikut memberikan sumbangsih dalam menyelamatkan negeri ini dari acaman bahaya korupsi. Melalui karya Puisi Menolak Korupsi mereka suguhkan untuk khalayak masyarakat Indonesia untuk dapat memberikan apresiasi terhadap karyanya. Diharapkan melalui karya ini dapat mengajak masyarakat untuk menolak korupsi di mana pun tempat.

Kelihatannya seperti tak ada artinya puisi menolak korupsi atau penyair menolak korupsi. Penegak hukum yang memiliki tanggung jawab pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia juga susah menghadapi masalah korupsi ini, apalagi penyair yang tak punya apa-apa. Ditilik dari tindakan mungkin belum ada arti, namun melalui puisi menolak korupsi yang dibaca jutaan manusia Indonesia akan dapat menyentuh hati. Ia tidak saja sebagai penyejuk atau siraman air untuk otak manusia, tetapi telah memberikan wacana mendasar bahwa penyair Indonesia telah berbuat untuk negerinya, sebagai sumbangsih karya untuk Tanah Air tercinta.

Jangan sampai korupsi menjadi budaya
Masalah korupsi bukankah sudah ada sejak negara ini berdiri? Namun sebelumnya hal korupsi belum marak seperti sekarang ini. Masalah korupsi hampir terjadi di setiap pelosok negeri. Pelakunya dari pangkat terendah sampai pucuk pimpinan, dari pegawai rendahan sampai mentri, dari pejabat tingkat RT sampai Presiden dan beraneka profesi yang melakukannya. Wabahnya bak penyakit menular yang juga menyerang mantri pembasmi penyakit itu. Berangkat dari merajalelanya masalah korupsi yang sudah menasional ini bagaikan sebuah budaya baru yang dilakukan masyarakat, para penyair merasa prihatin melihat kejadian wabah korupsi yang terjadi di mana-mana ini.

Mengapa gunakan puisi
Sebuah pertanyaan kenapa puisinya yang menolak korupsi tidak penyairnya? Jika ini sebuah gerakan para penyair kenapa bukan penyair yang harus di depan? Pertanyaan di atas tidaklah harus disamakan dengan profesi lain. Sebab menurut sejarah, lebih berani tulisannya ketimbang orangnya. Lebih tajam pena-nya ketimbang lidahnya, lebik kritis kalimatnya ketimbang pendapatnya. Oleh karena itu para penyair gunakan produknya sebagai senjata untuk melawan korupsi.

Lebih dari itu sebetulnya produk sastra sangat erat dengan penulisnya. Undang-undang hak cipta begitu memberi kekuatan yang tak terpisahkan antara penulis dan karyanya. Jadi sebetulnya produk sastra tersirat di belakang sosok penulisnya. Jika demikian jelas pesan yang dituangkan dalam karya sastra sebetulnya adalah hasil pemikiran penulisnya. Puisi menolak korupsi ini otomatis penyair yang mencipta puisi itu juga menolak korupsi.

Dalam diri hati manusia ada sisi baik dan sisi buruk. Siap orang yang waras menginginkan kehidupan yang baik. Sisi buruk yang ada hanyalah pembatas untuk tidak melakukannya. Sisi baik dan buruk selalu seiring pada diri manusia yang memiliki nafsu. Ini tergantung neracanya. Karena itu sisi buruk manusia perlu diisi dengan agama, aturan, pendidikan dan norma hidup. Sehingga sisi buruk itu terbelenggu dan tidak akan keluar dari nafsu manusia. Puisi sebagai karya sastra memiliki nilai berbagai macam sentuhan hati. Sebab puisi yang diciptakan oleh para penyair terkandung menitipkan pesan-pesan kebaikan yang beraneka. Akhlak, budi pekerti, budaya luhur, norma adat, peraturan, pantangan dan sebagainya terdapat dalam puisi. Hampir tiap puisi yang dibuat terkandung unsur intrinsik pesan-pesan tersebut dan intrinsik inklusif dalam Puisi Menolak Korupsi adalah masalah korupsi.

Antologi puisi terbesar
Penerbitan antologi bersama (PMK) merupakan sebuah karya buku bersama. Sejak Angkatan Pujangga Baru telah ada penyair-penyair yang menerbitkan antologi bersama. Isi bisa satu tema, namun juga bisa berbeda tema atau beraneka tema puisi. Ada berbagai tujuan untuk menbuat antologi bersama: 1. Memenuhi standar ketebalan buku, 2. mengetengahkan bahwa pemilik gagasan (tema) bukan oleh seorang penyair tetapi lebih dari seorang penyair dengan maksud pembaca untuk mengapresiasi lebih terhadap isi yang melekat dengan sosok penyairnya, 3. Memenuhi angkatan pujangga pada saat itu, 4. Memberikan kekuatan pada buku bahwa buku itu kelak dapat dibaca oleh publik tidak saja fans seorang sastrawan tertentu, tetapi lebih dari satu sastrawan yang juga memiliki fans-nya, 5. Semangat untuk sebuah gagasan dari isi sebuah pesan. Dan yang terakhir ini, pada buku PMK ini, saya melihat semangat para penyair untuk sebuah gagasan (menolak korupsi di Tanah Air) lewat sebuah pesan (isi puisi) lebih kuat tampaknya. Agaknya Leak Sosiawan tidak memandang siapa penyairnya, dari golongan apa penyairnya, atau dari mana asal penyairnya yang penting adalah sumbangsih karya puisi itu. Lebih dari itu Leak Sosiawan telah diterima oleh setiap pengirim puisi untuk memilah dan menentukan kelayakan sebuah puisi laik terbit. Namun ia senantiasa menghargai bobot karya dari siapa pun karena memang pertimbangan no. 2 dan 4 di atas dari tujuan membuat puisi bersama. Yang terakhir adalah, bahwa semua orang bisa melakukan seperti meniru, tetapi orang pertama yang mencetuskan/menciptakan/menggagas/menelorkan ide itu harus dihargai.

Multi angkatan
Dalam kurun hampir setengah abad perjalanan negeri ini (sejak 1966) perjalanan sastrawan kita hanya membuat karya yang bagus serta kreativitas karya kekinian (modern) namun sulit dibuat angkatan. Bolehlah pada kritikus sastra atau sastrawan membuat angkatan kesusastraan, dengan alasan yang berbeda-beda. Itu sah-sah saja. Angkatan Reformasi, Angkatan 2000 tak menjadi masalah sejauh referensinya dapat diterima. Di antologi PMK terdapat beberapa nama penyair yang terkenal dan termasuk dalam angkatan-angkatan sastrawan sebelumnya. Seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Tajuddin Noor Ganie, Isbedy Stiawan ZS, Gol A Gong, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman dan lain-lain yang termasuk dalam angkatan 80-an, angkatan 90-an, atau angkatan 2000 . Bahkan jika dilihat dari usia ada penyair PMK yang berusia 60 tahun dan juga yang masih dibawah usia 30. Meskipun gelombang reformasi mengganti orde baru, karya satra berikut sastrawannya tidak mengiringi perubahan bangsa ini. Hal demikian dikarenakan reformasi yang sampai sekarang masih berjalan tersendat-sendat.

Menembus 2,5 juta pembaca
Antologi bersama dapat menjadi sebuah dokumen sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan rujukan. Sebagai contoh antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia. Buku Antologi puisi Menolak Korupsi kurang lebih ditulis oleh 284 penyair Indonesia dan 291 karya pelajar atau berjumlah 575 peserta pengisi antologi. Jika setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku antologi bersama akan menembus ratusan ribu pembaca.

Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang dibelinya sampai tamat.

Keunggulan buku antologi bersama secara geografis terkadang memenuhi keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan sastrawan dari berbagai daerah, bahkan daerah terpencil maka semakin banyak jumlah pembacanya.

Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah populer akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai dikenalkan lewat karya dalam buku itu.

Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang tebal-tebal dan mahal.

Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan penyair peserta pengisi antologi tetapi karya peserta itu yang diseleksi. Jadi dua hal penting antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.

Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada status sosial lain masih demikian rendah. Menempati urutan kedua adalah pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membantu karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja! Di antara para pengisi antologi ini terdapat banyak penyair yang juga berprofesi sebagai pendidik. Seringkali buku PMK dijadikan bahan ajar pelajaran sastra di sekolah-sekolah maka bukan mustahil buku yang dicetak terbatas diperuntukkan untuk penulisnya ini banyak dibaca siswa. Kemudian kegiatan-kegiatan peluncuran antologi PMK, bedah buku PMK, Lomba baca PMK, serta road Show PMK menambah jumlah pembaca. Kini kegiatan road Show PMK telah lebih dari 20 tempat dilaksanakan di Tanah Air.

‘Road Show’ puisi denyut nadi PMK sepanjang tahun
Belum pernah sebelumnya ada buku antologi puisi di-‘roadshow’-kan ke sejumlah kota untuk apa? Apakah belum cukup populer dengan sekali peluncuran? Apakah belum menyentuh sasaran? Atau ini merupakan roadshow-nya penyair PMK? Jawabnya adalah seperti dikatakan Sosiawan Leak yakni kemandirian yang menjadi dasar digulirkannya program Road Show Puisi Menolak Korupsi. Isi road show bisa dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar, diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain yang dilakukan secara otonom di berbagai kota, dikoordinir oleh penyair PMK yang mukim di kota tersebut. Ini artinya bahwa untuk melaksanakan gerakan PMK itu dilaksanakan tanpa paksaan dari siapa pun yang turut tergerak hatinya untuk berpartisipasi melawan korpsi dengan cara kegiatan sastra seperti disebutkan Sosiawan Leak sebagai gerakan sikap para penyair untuk melwan korupsi dengan caranya.

Bermula di wujudkan dengan road show-nya di area Makam Proklamator terus merambah ke kota-kota di seluruh Tanah Air dan pada 27 September 2013 road show-nya VI di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta.

Peserta pengisi antologi terbanyak dalam sejarah
Siapa-siapa saja mereka (penyair itu yang terlibat) adalah para penulis puisi dalam antologi Puisi Menolak Korupsi, mereka adalah Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK). Untuk melihat siapa saja penyairnya, bisa ke halaman Penyair Pendukung atau ke sumber artikel ini.

*penyunting Ekohm Abiyasa

Sumber atau postingan serupa:
1. Facebook PMK (Rg Bagus Warsono)

Foto-foto Road Show 21 PMK: Abah Arsyad Indradi dan Bambang Eka Prasetya Baca Puisi Menolak Puisi Edisi Extra Time

Dikarenakan kemacetan, Abah Arsyad dan BEP terlambat datang ke acara. Demi membayar tuntas baca PMK, maka mereka bacalah PMK di venue acara seketika. Waktu itu mereka datang jam 4 sore, ketika kami (Ekohm Abiyasa, Murdoks Surya dan Wage Tegoeh Wijono) menunggu bus ke Tegal untuk menghadiri Launching Buku Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit.




Sumber: Facebook PMK (Abah Arsyad Indradi)


Bambang EP dan Ust. Amin Maulana.



Sumber: Facebook Bambang Eka Prasetya.

Foto-foto Road Show 21 PMK: Diskusi Sastra Menolak Korupsi (Dok. Euis Herni)

Sukra-Indramayu. Jum'at, 20 Juni 2014
Ponpes Hidayaturrahman.
Jalan Sukra 12 Sukra Indramayu

Acara berlangsung molor dari jadwal. Mungkin barangkali banyak peserta atau tamu yang diundang yang absen. Acara dimulai pada pukul setengah sepuluh pagi (kira-kira) dari jadwal semula, sedianya jam delapan pagi.

Moderator membaca rundown acara. Setelah itu ada pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh santri ponpes Hidayaturrahman. Dua orang secara bergiliran, satunya ayat suci, satunya terjemahan. Suaranya renyah.

Materi diskusi dibawakan oleh Rg Bagus Warsono. Artikelnya bisa dibaca di sini.

Laskar PMK yang hadir: Syarifuddin Arifin, Murdoks Surya, Ki Tapa Kelana, Rg Bagus Warsono, Euis Herni Ismail, Wage Tegoeh Wijono, Acep Syahril, dan Ekohm Abiyasa. Abah Arsyad Indradi dan Bambang Eka Prasetya datang terlambat karena kemacetan yang menguras waktu. Ketika kami (Ekohm Abiyasa, Murdoks Surya, Wage Tegoeh Wijono) hendak menunggu bus ke Tegal, mereka berdua datang. Abah Arsyad dan Bambang EP langsung menuju lokasi road show melakukan baca PMK Extra-time. Foto-fotonya bisa dilihat di sini.


Moderator

Suaranya bagus.

Muhammad Hafeedz Amar Riskha, koordinator muda road show 21 PMK di Sukra, Indramayu.

Memberi sepatah dua patah kata sambutan.

Ketua Ponpes Hidayaturrahman, Pak Taufik.


Ki Tapa Kelana membaca puisinya Acep Zamzam Noor "Ada Banyak Cara" sebagai sampel bahan diskusi.



Performnya selalu membius penonton. Termasuk saya (Ekohm Abiyasa)

Pemateri diskusi: Ust. ?, Rg Bagus Warsono, Syarifuddin Arifin.


Bunda Euis Herni Ismail berfoto bareng bibit muda generasi masa depan.



Berfoto bareng santri-santri ponpes Hidayaturrahman.

Saya (Ekohm) bertopi dan di belakangku Muhammad Hafeedz Amar Riskha.

Depan: Rg Bagus Warsono, Euis Herni Ismail, Ki Tapa Kelana, Wage Tegoeh Wijono, Murdoks Surya, Ust. Amin Maulana.
Sumber: Facebook PMK (Euis Herni Ismail)

Dua foto yang tercecer,



Sumber: Facebook Muhammad Hafeedz Amar Riskha.

Sabtu, 14 Juni 2014

Video Road Show 20 PMK: Musikalisasi Puisi Little Wing Karya Fikri Binarsukma

Untuk pemanasan suasana sebelum parade pembacaan puisi dari penulisnya, ada sesi spontanitas musikalisasi puisi Little Wing garapan Fikri Binarsukma (kelas XI-IPS 4) dkk.

Lihat videonya di sini. (youtube)

(Teks dan video oleh Kidung Purnama.)

*penyunting Ekohm Abiyasa

Kamis, 12 Juni 2014

Video Road Show 20 PMK: Alfiana Latief Baca Puisi Menolak Korupsi (Ciamis, 17 Mei 2014)

Alfiana Latief ini salah satu guru SMAN 1 Ciamis. Kebetulan suaminya, M. Taofiq mengajar di SMAN 1 Ciamis dalam kegiatan Road Show PMK ke-20 ini beliau berpartisipasi hadir dan membacakan puisi sahabatnya ketika masih remaja di Ngawi-Jawa Timur yaitu Mas Aming Aminudin. Beliau juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sastra dan kadang pula menjadi peserta dalam lomba baca puisi di wilayah Ciamis dan Tasikmalaya.

Lihat videonya di sini (youtube)

(Video dan teks oleh Kidung Purnama)

*penyunting Ekohm Abiyasa

Video Road Show 20 PMK: Kidung Purnama Baca Puisi Menolak Korupsi (Ciamis, 17 Mei 2014)

Di sela-sela kesibukannya masih sempat untuk berkesenian. Terutama dalam gerakan sastra di wilayah Ciamis (Sastra Galuh) "Puisi Menolak Korupsi" yang diselenggarakan anak-anak Jurnalis Road Show PMK ke-20 di Taman Blok M. SMAN 1 Ciamis pada hari Sabtu, 17 Mei 2014 dan Alhamdulillah dapat terlaksana dengan baik.

Terima kasih atas segala dukungannya baik dari pihak SMAN 1 Ciamis: Sari Nurfatwa Hakim, kawan Jurnalis SMAN 1 Ciamis, Kang Acep Zamzam Noor, Sosiawan Leak, Ardi Susanti, Sastra Riau (Surya), Suyitno Ethexz, Wage Tegoeh Wijono, Abah Yoyok, Yogira Yogaswara, Eriyandi Budiman, Mahbub Junaedi, Dimaz Indiana Senja, Euis Herni dll.

Salam hangat do'a kuat! serta yang paling utama itu adalah thank you Allah.

Lihat videonya di sini (youtube)

(Video dan teks oleh Kidung Purnama)

*penyunting Ekohm Abiyasa

Distribusi Buku PMK Jilid III untuk Umum (Non Penyair PMK Jilid III)

Bagi kawan-kawan yang ingin memiliki buku Puisi Menolak Korupsi Jilid III: Pelajar Indonesia Menggugat!, silakan pesan via inbox Facebook Sosiawan Leak dengan menulis jumlah buku yang dipesan berikut nama terang dan alamat lengkap. Serta mengganti ongkos kirim dan ongkos cetak per buku 25 ribu rupiah (bagi penyair PMK), dan 50 ribu rupiah (bagi non PMK).

DISTRIBUSI BUKU PMK 3 UNTUK UMUM (NON PENYAIR PMK 3):
1. Samsuni Sarman (Banjarmasin), 10 buku, ganti ongkos cetak Rp. 250.000
2. Autar Abdillah (Surabaya), 5 buku, ganti ongkos cetak Rp. 125.000
3. Ardi Susanti (Tulungagung), 10 buku, ganti ongkos cetak Rp. 250.000
4. Euis Herni (Subang), 4 buku, ganti ongkos cetak Rp. 100.000
5. DG Kumarsana (NTB), 4 buku, ganti ongkos cetak Rp. 100.000
6. Suryahardi (Riau), 9 buku, ganti ongkos cetak Rp. 225.000
7. Dyah Narang Huth (Jimbaran), 4 buku, ganti ongkos cetak Rp. 100.000
8. Kusdaryoko (Banjarnegara), 48 buku, ganti ongkos cetak Rp. 1.200.000
9. Bowo Wibowo (Semarang), 4 buku, ganti ongkos cetak Rp. 100.000
10. Sumasno Hadi (Banjarbaru), 4 buku, ganti ongkos cetak Rp. 100.000
11. Badaruddin Amir (Barru), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
12. Arba Karomaini (Brebes), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
13. Wardjito Soeharso (Semarang), 10 buku, ganti ongkos cetak Rp. 250.000
14. Udik Agus Dw (Jepara), 10 buku, ganti ongkos cetak Rp. 250.000
15. Agus R Subagyo (Kediri), 8 buku, ongkos cetak Rp. 100.000
16. Denny Mizhar (Malang), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
17. Kidung Purnama (Ciamis), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
18. Damar Anggara (Purwodadi), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
19. Lukni Maulana (Semarang), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
20. Rahmat Fajar (Pasuruan), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
21. Rahmat Agung (Jambi), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
22. Lisa Charisa Setiadi (Purwokerto), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
23. Eko Widianto (Semarang), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 25.000
24. Ali Arsy (Banjarbaru), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
25. Endang Supriyadi (Depok), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 25.000
26. Sulis Bambang (Semarang, donatur), 2 buku
27. Hilda Rumambi (NTT, donatur), 2 buku
28. Wage Tegoeh Wijono (Purwokerto, donatur) 2 buku
29. Heru Mugiarso (Semarang, donatur) 2 buku
30. Sari Nurfatwa Hakim (Ciamis), 11 buku, ganti ongkos cetak Rp. 275.000
31. Mahbub Junaedi (Brebes), 10 buku, ganti ongkos cetak Rp. 250.000
32. Mas Trisnatun Abuyafi (Ajibarang), 4 buku, ganti ongkos cetak Rp. 100.000
33. Sitti Nur Inayah Zahr (Sumenep), 3 buku, ganti ongkos cetak Rp. 150.000
34. Maria Roeslie (Banjarmasin, donatur), 2 buku
35. Ahmad Saugi (Tangerang), 10 buku, ganti ongkos cetak Rp. 250.000
36. Anastasia Sita Wulandari (Gunung Kidul), 2 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000
37. Lilafitri Aly (Jakarta), 1 buku, ganti ongkos cetak Rp. 50.000

Catatan:
- Gratis untuk donatur.
- Ganti ongkos cetak Rp. 25.000 (per buku) bagi Penyair PMK.
- Ganti ongkos cetak Rp. 50.000 (per buku) bagi yang lainnya.

Sumber: Facebook PMK (Sosiawan Leak)

*penyunting Ekohm Abiyasa

Foto-foto Road Show 20 PMK Ciamis yang Tercecer

Wage Tegoeh Wijono dan Sosiawan Leak.






Penyair 'Nadhom Cinta' di antara bidadari-bidadari.




Sesi diskusi: .., ..., Sosiawan Leak dan Acep Zamzam Noor.

Musikalisasi puisi oleh siswa-siswi SMAN 1 Ciamis.




Muhammad Hafeedz Amar Riskha.
Mahbub Junaedi.

Abah Yoyok membaca puisi perihal siapa sebenarnya Ratu-nya.

Yogira Yogaswara.
Kidung Purnama.
Surya Hardi alias Sastra Riau.
Suyitno Ethexz
Ardi Susanti.
Wage Tegoeh Wijono perform.
Acep Zamzam Noor turut serta membaca puisi meski singkat.
Sosiawan Leak.


Foto bersama.


Forsama (foto bersama) lagi.

Catatan:
Foto bersifat acak alias tidak urut sesuai kejadian (perkara :D)

Sumber: Facebook Kidung Purnama.