Rabu, 26 November 2014

Lesbumi Tasikmalaya Menggelar Lomba Baca Puisi Menolak Korupsi

Lomba Baca Puisi Menolak Korupsi di gedung Dawah Islam Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat, 23 November 2014.












Tim juri semuanya dari wilayah Jawa Barat: Sarabunis Mubarok, Saeful Badar dan saya (Kidung Purnama) perwakilan PMK. Untuk data puisi diambil dari buku PMK jilid 2a dan 2b. Kegiatan ini melibatkan pelajar dan guru dari 39 kecamatan dari kabupaten Tasikmalaya dan alhamdulilah respon mereka sangat menggembirakan. 

Acara tersebut dibuka dan dihadiri camat, tokoh masyarakat dan beberapa tokoh agama dari NU Singaparna Tasikmalaya.

Sumber: Facebook PMK (Kidung Purnama)

Foto-foto Road Show 26 PMK yang Tersisa

PUISI MENOLAK KORUPSI DI PP DARUL ULUM PASURUAN
Pasuruan Jawa Timur, 02 November 2014








 
Dok. Kidung Purnama.

Jumat, 14 November 2014

Road Show 28 PMK di Taman Bungkul Surabaya beralih ke Studio TV 9 Surabaya

Road show ke-28 PMK direncanakan diselenggarakan di Taman Bungkul Surabaya bulan Januari tahun 2015. Koordinator kali ini adalah Haidar Hafeez & TV 9. Semoga lancar dan banyak yang berkesempatan datang untuk meramaikan.

Sumber: Facebook PMK.

Update!
Sumber: Facebook PMK.

Update lagi! Januari 2015
Ini info terbaru yang terakhir. Sumber.
Rencana diadakan di Taman Bungkul ternyata gagal. Sedianya akan dilaksanakan di studio TV 9 secara live. Studio TV 9 berlokasi di Gedung Museum NU Jalan Gayungsari Timur 35 Surabaya. Waktu pelaksanaan tetap tanggal 18 Januari 2015 sehabis isya'. Koordinator Haidar Hafeez & Riadi Ngasiran.

Moga-moga lancar dan sukses!

Sumber: Facebook PMK.

Sumber: FB Dewan Kesenian Jawa Timur.
Rute
LOKASI "SEMAAN PUISI" PMK di Museum Nahdlatul Ulama (NU) Surabaya

Lokasi Gedung Museum Nahdlatul Ulama (NU), Jl. Gayungsari Timur 35 Surabaya.
1) Bila dari Terminal Bungurasih bisa turun di Carefour, Jl A Yani, sebelum Petra. Langsung jalan kaki atau mbecak (sekitar Rp 5 ribu) ke lokasi arah Masjid Agung.
2) Bila dari Terminal Joyoboyo Wonokromo, bisa ambil Lyn X, nanti bilang sama kondekturnya, turun di Carefour, lalu menyeberang dan jalan kaki atau mbecak bisa...

Sumber: Facebook PMK.

Lomba Baca Puisi Kreatif 2014

Info lengkap di Grup Facebook.

Sabtu, 22 November 2014.

Kamis, 06 November 2014

Publikasi Road Show 26 PMK Ponpes Darul Ulum Pasuruan Jawa Timur di Muslimedianews dan Website NU

Pesantren Darul Ulum Pasuruan Melawan Korupsi  


Tuesday, 4 November 2014 | garis 09:12.
Pasuruan, Muslimedianews.com ~ Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK) yang dikomandani penyair Internasional Sosiawan Leak tidak hanya berlaku di sekolahan, kampus, mall maupun masyarakat umum namun juga di pondok pesantren. PMK merupakan gerakan moral para penyair nasional yang tergabung dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi. Para penyair tidak hanya menerbitkan buku, namun mereka ikut terjun dalam memberikan pendidikan anti korupsi.

Ada suasana berbeda di Pondok Pesantren Darul Ulum, Karangpandan, Pasuruan. Biasanya para santri identik dengan ngaji kitab kuning dan pengajian yang diisi oleh kyai besar. Namun kali ini para santri justru diajak untuk “Jagongan Budaya” yang dihadiri para penyair nasional. (2/11/2014)

Dengan mengusung tema "Jagongan  Budaya" di Pondok Pesantren Darul Ulum, menjadi tempat Road Show Puisi Menolak Korupsi ke-26. Sebuah gerakan para penyair seluruh Indonesia yang berusaha memberikan pendidikan nilai anti korupsi kepada siapa saja, baik kepada santri, masyarakat umum, guru maupun pelajar.

Hadir para penyair anti korupsi dari sang jenderal gerakan puisi menolak korupsi Sosiawan Leak (Solo), Roosetindaro Baracinta (Surakarta), Bagun Barlen Aji (Jember), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas Indiana Senja (Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak), Aloet Pati (Pati), Suryahadi (Riau), Syarifuddin Arifin (Padang), Bambang Eka Prasetya (Magelang), Rizki (Magelang), Agustina Thamrin (Banjarbaru Kalimantan Selatan), Dimas Anggara (Demak), dan Kidung Purnama (Ciamis).

Sosiawan Leak mengatakan, bahwa penyakit korupsi telah mengerogoti bangsa ini maka saatnya kita melakukan perlawanan terhadatp perilaku korupsi, salah satunya dengan sadar diri dan tidak berperilaku koruptif.

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Pasuruan Ust. Haedar Hafidz berharap pesantrennya menjadi sentral pondok yang memberikan kontribusi Puisi Menolak Korupsi.

“Dengan puisi kita lawan korupsi,” tambahnya

* Kontributor Lukni Maulana

Ada Jagongan Budaya di Pesantren Pasuruan
Rabu, 05/11/2014 10:06
Pasuruan, NU Online
Ada suasana berbeda di Pondok Pesantren Darul Ulum, Karangpandan, Pasuruan. Para santri yang biasa ngaji kitab kuning, malam itu menggelar “Jagongan Budaya”. Bukan sekedar jagongan, justru para santri diajak untuk memaknai kediriannya tentang pendidikan antikorupsi.

Jagongan  Budaya di Pondok Pesantren Darul Ulum tersebut dalam rangka Road Show Puisi Menolak Korupsi ke-26. Sebuah gerakan para penyair seluruh Indonesia yang berusaha memberikan pendidikan nilai antikorupsi kepada siapa saja, baik kepada santri, masyarakat umum, guru, maupun pelajar.

Hadir pada Pasuruan Ahad (2/10) itu para penyair dari Sang Jenderal Gerakan Puisi Menolak Korupsi, Sosiawan Leak (Solo), Roosetindaro Baracinta (Surakarta), Bagun Barlen Aji (Jember), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas Indiana Senja (Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak), Aloet Pati (Pati), Suryahadi (Riau), Syarifuddin Arifin (Padang), Bambang Eka Prasetya (Magelang), Rizki (Magelang), Agustina Thamrin (Banjarbaru Kalimantan Selatan), Dimas Anggara (Demak), Kidung Purnama (Ciamis).

Kemeriahan tampak sekali di pondok pesantren ini. Suguhan pembacaan puisi, teatrikalisasi puisi dan musikalisasi puisi. Road show pembacaan puisi menolak korupsi tidak hanya diikuti oleh para penyair nasional dan santri namun juga diikuti para ustadz pondok dan kiai Pondok Pesantren Darul Ulum Pasuruan.

Haedar Hafidz selaku pengasuh pondok pesantren Darul Ulum mengatakan, pihaknya ingin memberikan pentingnya pendidikan anti korupsi kepada para santri.

“Korupsi harus diperangi dan ini merupakan jihad. Dan semoga Pondok Pesantren Darul Ulum Pasuruan menjadi sentral pondok yang memberikan kontribusi Puisi Menolak Korupsi,” tutur Haedar. “Dengan puisi kita lawan korupsi,” tambahnya. (Lukni Maulana/Mahbib)
Sumber: nu.or.id


Ketika Kaum Santri Tolak Korupsi Melalui Sebuah Puisi

Kamis, 13/11/2014 23:00

Pasuruan, NU Online
Penolakan terhadap korupsi terus mengalir dari sejumlah kalangan, salah satunya dari para kaum santri yang dengan tegas berkomitmen menolak adanya korupsi melalui sebuah puisi. Hal itu seperti yang dilakukan puluhan santri Pondok Pesantren Darul Ulum Karangpandan, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.

Para santri yang biasa mengaji kitab kuning tersebut, Ahad malam itu menggelar sebuah acara yang dikemas berupa "Jagongan Budaya". Dalam acara yang bertajuk "Dengan Puisi, Kutolak Korupsi itu" itu, mereka secara bergantian mendeklamasikan puisi-puisi yang berisikan tentang penolakan terhadap korupsi.

Acara ini sendiri juga sekaligus merupakan salah satu rangkaian dari road show Puisi Menolak Korupsi. Sebuah gerakan sejumlah penyair Indonesia yang berusaha memberikan pendidikan nilai antikorupsi kepada siapa saja, baik masyarakat umum maupun kaum santri.

Turut hadir dalam acara itu belasan penyair dari berbagai daerah di Tanah Air, diantaranya yaitu: Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi, Sosiawan Leak (Solo), Agustina Thamrin (Banjarbaru Kalimantan Selatan), Syarifuddin Arifin (Padang), Bambang Eka Prasetya (Magelang), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas Indiana Senja (Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak), Aloet Pati (Pati), Suryahadi (Riau), Rizki Indah Ferina (Magelang), serta beberapa penyair lainya.

Pantauan NU Online, acara menjadi semakin meriah ketika sejumlah santri setempat menampilkan parade puisi dengan berkolaborasi antara teatrikalisasi dan musikalisasi puisi. Bahkan, terdapat salah satu parade puisi yang dibacakan 9 santri Darul Ulum Karangpandan ini, sempat menarik perhatian para undangan. Pasalnya puisi yang dibacakan para santri itu layaknya seperti membaca sebuah nadzoman kitab dengan diiringi alat musik tradisional.

Koordinator PMK, Sosiawan Leak mengatakan, bahwa road show yang dilakukannya di Ponpes pimpinan KH. Ishomuddin Mashum itu, merupakan road show yang ke-26. "Sebelumnya kami sudah menggeber ­road show ini ke beberapa daerah lainnya di Indonesia, dan sekarang ini baru giliran di Pasuruan," ucap penyair asal Solo tersebut.

Selain itu, Leak menjelaskan, gerakan PMK mengambil posisi sebagai gerakan kultural untuk melengkapi gerakan lainnya yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat. "Gerakan ini tentu saja menjadi media dan sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas menolak nilai-nilai kehidupan yang korup," terangnya kepada NU Online saat ditemui seusai acara.

Sementara itu, Haedar Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum mengatakan, bahwa dengan adanya acara semacam ini, pihaknya ingin memberikan wawasan mengenai pentingnya pendidikan anti korupsi kepada para santrinya.

"Wawasan mengenai korupsi perlu ditanamkan kepada para santri. Sebab korupsi harus diperangi, lantraran ini merupakan jihad," pungkas pria yang juga pendiri Rumah Sastra tersebut. (shohibul hujjah/mukafi niam)

Sumber: nu.or.id


Puluhan Penyair dan Santri Baca Puisi Tolak Korupsi

0
Rejoso (Kabarpas.com) – Puluhan penyair dari berbagai daerah di Tanah Air membaca puisi tolak korupsi bersama sejumlah santriwan-santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum Karangpandan, Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Minggu malam, (02/11/2014).
Dalam acara yang dikemas dengan tema Jagongan Budaya itu, dimulai sejak pukul 19.00 wib hingga tengah malam. Acara ini sendiri merupakan salah satu rangkaian dari road show para penyair Indonesia yang karyanya tergabung dalam buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK).
Pantauan Kabarpas.com di lapangan, satu persatu penyair dari PMK itu dan beberapa orang santri secara bergantian mendeklamasikan puisi karya mereka di atas panggung yang disaksikan ratusan warga dan santri Ponpes Daru Ulum Karang Pandan.
Salah satu puisi yang sempat menarik perhatian para undangan ialah parade pembacaan puisi yang dilakukan oleh 9 orang santri setempat. Pasalnya puisi yang dibacakan para santri itu ialah layaknya seperti membaca sebuah nadzoman kitab, dengan diiringi alat musik tradisional.
Koordinator PMK, Sosiawan Leak mengatakan, bahwa road show yang dilakukannya di Ponpes pimpinan KH. Ishomuddin Mashum itu, merupakan road show yang ke-26. “Sebelumnya kami sudah menggeber ­road show ini ke beberapa daerah lainnya di Indonesia, dan sekarang ini baru giliran di Pasuruan,” ucap penyair asal Solo tersebut.
Selain itu, Leak menjelaskan, gerakan PMK mengambil posisi sebagai gerakan kultural untuk melengkapi gerakan lainnya yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat. “Gerakan ini tentu saja menjadi media dan sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas menolak nilai-nilai kehidupan yang korup,” terangnya kepada Kabarpas.com saat ditemui seusai acara.
Menurutnya, semua orang dari berbagai kalangan berhak untuk menolak korupsi, sebab kata dia tindak korupi merupakan sebuah perbuatan yang dapat merugikan masyarakat dan negara. Hal itu sudah tertera dalam perundangan, Pasal 1 angka 3 UU no 30 tahun 2002 tentang KPK yang mempertegas keterlibatan masyarakat di dalam pemberantasan korupsi.
“Kami menyadari bahwa puisi tidak bisa digunakan untuk melawan secara langsung apalagi untuk menghakimi atau memvonis para koruptor. Karena puisi tidak berada dalam wilayah penindakan layaknya instansi yang berkompetensi seperti kepolisian, kehakiman dan KPK. Namun, melalui puisi setidaknya bisa dilakukan pencegahan,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu pengasuh Ponpes Darul Ulum Karangpandan, Gus Haidar Hafeez mengatakan, bahwa selama ini di pesantrennya tersebut, sudah diterapkan salah satu pelajaran khusus mengenai dunia sastra. Sehingga hal itu kemudian diaplikasikan dengan adanya kegiatan tersebut.
“Dan Alhamdulillah, saat ini sudah ada 18 santri dan pelajar kami yang karyanya lolos seleksi puisi nasional yang digawangi oleh mas Leak. Itu menunjukkan kalau santri kami sudah mampu berbicara tentang sastra di level nasional. Sebab untuk bisa lolos, harus melalui tahapan seleksi yang cukup ketat,” pungkasnya. (ajo/uje).

Rabu, 05 November 2014

Catatan Kecil Tentang Gerakan Puisi Menolak Korupsi oleh Hilda Rumambi

Jadwal road show PMK Oktober-Desember 2014
Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa pekerja seni termasuk sastrawan Indonesia yang di dalamnya penyair, juga punya mata, hati dan telinga serta rasa dalam melihat fenomena korupsi yang telah merebak dan merusak sendi-sendi kehidupan, berbangsa dan bernegara. Melihat korupsi yang sudah lahir dan besar sebagai sesuatu ‘binatang’ menjijikkan dalam karakter yang lahir menjadi budaya dalam masyarakat. Budaya ‘binatang’ (beast) yang semestinya perlu diperangi dan dihabisi.

Namun pekerja seni dalam hal ini Penyair bukan aparat hukum, bukan politikus, juga bukan penguasa. Elemen-elemen negara yang seharusnya melakukan tugasnya dalam memberantas korupsi. Yang dapat dilakukan hanya menulis dan berkata-kata. Apa yang dapat dilakukan oleh penyair selain berkata-kata dan menuliskan rasanya? Bukan juga hanya kata-kata, kata-kata itu harus punya makna yang diwujudnyatakan dengan gerakan kultural yang punya dampak dalam ‘peperangan’ ini.

Dan, untuk ikut mengambil bagian bersama elemen-elemen masyarakat yang lain dalam hal memerangi korupsi, sebagian penyair Indonesia terpanggil untuk melakukan tindakan konkrit, bersikap tegas dengan menolak nilai-nilai kehidupan yang korup dengan menebar kata-kata dalam puisi dan menamai gerakan ini Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK). Wujud nyata gerakan kita adalah bergerak dengan penyair-penyair di berbagai kota setanah air melakukan Roadshow Puisi Menolak Korupsi. Kegiatan yang dilakukan tidak lari dari merayakan puisi sebagai anak kandung dari kebudayaan itu sendiri:
“Gerakan Puisi Menolak Korupsi berbasis moral dan dan bergerak dalam ranah kebudayaan. Sebagaimana namanya, gerakan ini melakukan aktivitasnya dengan puisi (anak kandung kebudayaan) sebagai sumber ekspresinya. Maka, ia tak akan pernah bisa lepas dengan hal-hal yang terkait dengan puisi (menulis puisi, membaca puisi, mencetak puisi, menerbitkan puisi, mementaskan puisi, merayakan puisi, mendiskusikan puisi dll) selama puisi-puisi tersebut mengolah tema korupsi”.  (Sosiawan Leak)
Sifat dari gerakan PMK adalah nirlaba, independen dan mandiri secara ideologi maupun ekonomi (meminjam kata-kata mas Sosiawan Leak, sang Panglima PMK). Jadi bagaimana PMK bisa menghidupi dirinya sendiri? Ia bergerak dan menjalar  ke berbagai kota dengan sokongan para penyair dari kota-kota yang disinggahi dan ingin  di kotanya dilakukan roadshow. Para penyair lain yang datang ke kota-kota itu pun membiayai diri mereka sendiri tanpa membebankan yang lainnya.

Awal roadshow dilakukan di kota Blitar bulan Mei tahun 2013,  itulah Roadshow PMK pertama kali, kemudian menyusul kota-kota lainnya di Jawa Timur, Tengah dan Barat, Sumatra, Kalimantan dan juga Indonesia Timur, salah satunya (untuk sekarang mungkin satu-satunya) dilakukan di Palu, Sulawesi Tengah pada bulan September 2013. Kebetulan penulis menjadi koordinator Roadshow ke-4 PMK tersebut yang dengan penuh rasa syukur disambangi oleh penyair-penyair kondang tanah air seperti mas Sosiawan Leak, Acep Zam-zam Noor, abah Arsyad Indradi dan mas Wage Tegoeh Wijono.
Road show 4 PMK di Palu.
 
Musikalisasi puisi oleh Abah Arsyad Indradi - Palu (doc. Hilda R)
Selain roadshow, gerakan PMK telah menerbitkan 4 antologi* Puisi Menolak Korupsi dari sekitar 500 penyair Indonesia. Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 1, Jilid 2a dan 2B, kemudian Jilid Pelajar Menolak Korupsi dimana penulis juga mengirimkan karya-karya anak di salah satu SMP terpencil di kabupaten Manggarai-NTT yang puji syukur masuk dalam seleksi puisi antologi pelajar dari seluruh Indonesia ini.

Tidak terasa, setahun lebih telah berjalan gerakan Puisi Menolak Korupsi, saat ini roadshow sudah sampai ke-27 kota, Desember ini kalau tidak salah roadshow akan diadakan di kota Tanjungpinang. Oh ya, di bulan September 2013 PMK juga telah melakukan roadshow di Gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Jakarta dihadiri oleh seluruh petinggi KPK pada saat itu, bahkan Abraham Samad sebagai Ketua KPK sempat membacakan puisi. What an inspiring moment at that time for me….

Disisi lainnya, banyak suka dan duka dilalui bersama rekan-rekan penyair seluruh tanah air pada saat mengikuti kegiatan-kegiatan PMK. Rasa kekeluargaan yang melekat erat didalamnya sudah terjalin, sehingga dimanapun penulis pergi selama masih ada di dalam wilayah Indonesia, penulis akan bertemu dengan sahabat-sahabat yang terlibat dengan gerakan ini dan sudah seperti keluarga sendiri layaknya.

Maju terus Gerakan PMK, maju terus penyair tanah air dalam menolak korupsi melalui kebudayaan. Semoga apa yang kita sama-sama lakukan untuk menghancurkan korupsi melalui puisi dapat selalu berjalan maju, meskipun langkah kita kecil, namun makin lama langkah makin panjang, ribuan kilometer telah dilakukan dan akan dilakukan, lagi dan lagi sehingga perjalanan PMK makin lama makin bermakna dan bernas. Aksi kita untuk Indonesia dalam menolak korupsi!

Salam hangat, doa kuat, satu hati menolak korupsi.

Dari Tanah Cendana - NTT (suatu saat mudah-mudahan bisa buat lagi roadshow PMK di sini)

*) Hilda Rumambi


*Sebenarnya baru 3 jilid buku: Jilid I, jilid IIa & IIb, dan jilid III (edisi pelajar Indonesia)

Penyunting Ekohm Abiyasa.

Perjalanan Laskar PMK ke Road Show 26 Ponpes Darul Ulum Pasuruan Jawa Timur

Beberapa laskar PMK bertemu di titik tolak di rumahnya Mbak Ardi Susanti, Tulungagung. Sebelum ke tempat road show 26 di ponpes Darul Ulum Pasuruan, mereka mengikuti acara launching buku kumpulan puisi "Memo untuk Presiden" di Istana Gebang Blitar (01/11/2014)

Beberapa laskar yang berkumpul di antaranya: Sastra Riau/Murdoks, Dwi Ery S, Abah Yoyok, Abah Arsyad Indradi, Kidung Purnama dan Syarifuddin Arifin.









Sumber: Facebook Kidung Purnama.

Pada siang hari, setelah Jum'atan beberapa kawan berkunjung ke FAM (Forum Aktif Menulis) di Pare Kediri.


Sumber: Facebook Muhammad Subhan.

Foto-foto Road Show 26 PMK yang Tercecer

Beberapa dokumentasi foto kawan-kawan yang tercecer.

Penyerahan buku oleh Surya Hardi kepada Gus Haidar Hafeez sebagai pelengkap perpustakaan pondok pesantren. Semoga berkah!
Syarifuddin Arifin (Padang)
Lukni Maulana (Semarang) bacakan puisi menolak korupsi.
Rizki Indah Ferina (Semarang)
Muhammad Lefand (Sumenep)

Sumber: Facebook Surya Hardi (Sastra Riau)


Arafat AHC.

Jenderal PMK di tengah-tengah santri.

Muhammad Lefand.
Dimas Indiana Senja. Eflina-kah?
Sumber: Facebook Lukni Maulana.



Mendadak ngartis.



Sumber:
1. Facebook Agustina Thamrin.
2. Facebook PMK (Agustina Thamrin): satu, dua, dan tiga.

Rizki Indah Ferina.



Sumber: Facebook Rizki Indah Ferina.