Minggu, 20 Desember 2015

Buku PMK Jilid 1: ANATOMI KORUPSI

ANATOMI KORUPSI

Seperti tubuh, korupsi memliki organ yang lengkap dengan berbagai fungsi. Ada tangan yang dipakai untuk menggapai, memegang, meremas & membetot. Selain tentu saja menyentuh mesra serta membelai manja korbannya.

Ada kaki yang berguna untuk menopang tubuh kala berdiri, memangkas jarak dengan berjalan atawa berlari, sambil sesekali meloncat jika diperlukan mendekat sang korban dengan cepat. Juga untuk menjejak saat melakukan perlawanan bahkan dengan mendepak dan menendang kepada pihak lain yang tak dibutuhkan.
Korupsi juga punya kepala di mana bercokol fungsi organ paling penting dan utama. Mata untuk melirik & melihat sesekali melotot di saat mulut menggertak, hidung mendengus, serta dahi berkernyit sembari menjalin dua pangkal alis ke pusat jidat. Demikian pula tentu saja di kepala itu menempel mulut guna mengunyah & menelan obyek tangkapan dibantu para gigi serta saluran kerongkongan. Setelah sebelumnya acap diendus lebih dulu oleh hidung serta cek rasa di wajah lidah.

Seperti tubuh, organ-organ korupsi merupa satu kesatuan yang bersandar pada kekuatan motorik dan kepekaan sensorik. Kekuatan fisik & non fisik. Kekuatan luar & dalam. Termasuk perut di mana di dalamnya berumah beragam usus berikut kemanfaatannya. Para usus itu mencerna dan memilah milih benda jarahan ke masing-masing wilayah berbeda. Ada yang disekap di usus besar, ada yang digiling di usus halus setelah sebelumnya nyangkut ke usus dua belas jari. Tapi jangan lupa, pasti ada hasil korupsi yang kesasar nyangkut di appendix. Hingga butuh diamputasi oleh si empunya demi kesehatan tubuhnya.

Namun dari semua itu sebagaimana tubuh, yang paling menentukan dari ‘makhluk’ bernama korupsi adalah otak dan hatinya. Di sinilah segala logika & argumentasi berikut visi perilaku korupsi diolah dan dimatangkan. Termasuk saat sempat ‘mempertimbangkan’ norma baik & buruk, benar & salah, neraka & surga, hingga tuhan & setan. Bertaut berkelindan otak & hati korupsi menjadi dasar pemikiran, pun timbang saran logika serta moral dalam menentukan laku korupsi secara ideologis atau dengan serampangan

Sebagaimana tubuh, organ-organ itu bekerja secara kompak dan menyeluruh. Saling mendukung dan terkoordinasi dalam sinergi yang intens dan berkelanjutan. Kegagalan menghadapi ‘makhluk’ bernama korupsi kerap diawali dari pemahaman keliru atas tubuhnya yang dianggap tak utuh, ringkih, sendiri & kesepian.

Maka, boleh saja sistem pengawasan disiapkan dengan berbagai kecanggihan saat mencegat laju korupsi. Tapi toh, berbagai cara berkelit dan menghindar dengan tingkat keberdayaan canggih selalu saja berhasil dia siapkan untuk meloloskan diri dari deteksi pengawasan birokrasi. Silahkan perangkat aturan dan undang-undang berikut lembaga centengnya diproduksi masal tiada henti, tapi jangan kecewa jika semua itu semaput saat mengejar hendak menghajar korupsi. Lantaran ketika diselidik, disidik hingga disidang, ‘makhluk’ itu akan dengan gampang menghiba atas nama mata hati dan nurani. Bersiasat licik, menelikung pikiran & menjebak empati dengan sinema simpati yang melahirkan permakluman dan pengampunan. (Setelah sebelumnya mungkir berbekal fatwa malaikat bertampang nabi. Membela diri, menghajar balik hukum dan aturan serupa memperlakukan tai).

Kini, generasi termutakhir korupsi rampung bermetamorfosa serupa air & udara. Malih rupa santapan yang kita butuhkan senantiasa. Nyaris tak beda rasa, bau, warna & wujudnya dengan air, udara & makanan sejati. Butuh usaha keras & upaya kuat untuk mengenali tubuh dari ‘makhluk’ bernama korupsi. Satu di antaranya melalui puisi yang bersandar pada ketajaman pikiran, kejernihan mata hati dan kedalaman nurani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.

SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.