Jadwal road show PMK Oktober-Desember 2014 |
Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa pekerja seni termasuk sastrawan
Indonesia yang di dalamnya penyair, juga punya mata, hati dan telinga
serta rasa dalam melihat fenomena korupsi yang telah merebak dan merusak
sendi-sendi kehidupan, berbangsa dan bernegara. Melihat korupsi yang
sudah lahir dan besar sebagai sesuatu ‘binatang’ menjijikkan dalam
karakter yang lahir menjadi budaya dalam masyarakat. Budaya ‘binatang’
(beast) yang semestinya perlu diperangi dan dihabisi.
Namun pekerja seni dalam hal ini Penyair bukan
aparat hukum, bukan politikus, juga bukan penguasa. Elemen-elemen
negara yang seharusnya melakukan tugasnya dalam memberantas korupsi.
Yang dapat dilakukan hanya menulis dan berkata-kata. Apa yang dapat
dilakukan oleh penyair selain berkata-kata dan menuliskan rasanya? Bukan
juga hanya kata-kata, kata-kata itu harus punya makna yang
diwujudnyatakan dengan gerakan kultural yang punya dampak dalam
‘peperangan’ ini.
Dan, untuk ikut mengambil bagian bersama elemen-elemen masyarakat yang
lain dalam hal memerangi korupsi, sebagian penyair Indonesia terpanggil
untuk melakukan tindakan konkrit, bersikap tegas dengan menolak
nilai-nilai kehidupan yang korup dengan menebar kata-kata dalam puisi
dan menamai gerakan ini Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK). Wujud nyata gerakan kita adalah bergerak dengan penyair-penyair di berbagai kota setanah air melakukan Roadshow Puisi Menolak Korupsi. Kegiatan yang dilakukan tidak lari dari merayakan puisi sebagai anak kandung dari kebudayaan itu sendiri:
“Gerakan Puisi Menolak Korupsi berbasis moral dan dan bergerak dalam ranah kebudayaan. Sebagaimana namanya, gerakan ini melakukan aktivitasnya dengan puisi (anak kandung kebudayaan) sebagai sumber ekspresinya. Maka, ia tak akan pernah bisa lepas dengan hal-hal yang terkait dengan puisi (menulis puisi, membaca puisi, mencetak puisi, menerbitkan puisi, mementaskan puisi, merayakan puisi, mendiskusikan puisi dll) selama puisi-puisi tersebut mengolah tema korupsi”. (Sosiawan Leak)
Sifat dari gerakan PMK adalah nirlaba, independen dan mandiri secara ideologi maupun ekonomi (meminjam kata-kata mas Sosiawan Leak, sang Panglima PMK).
Jadi bagaimana PMK bisa menghidupi dirinya sendiri? Ia bergerak dan
menjalar ke berbagai kota dengan sokongan para penyair dari kota-kota
yang disinggahi dan ingin di kotanya dilakukan roadshow. Para penyair lain yang datang ke kota-kota itu pun membiayai diri mereka sendiri tanpa membebankan yang lainnya.
Awal roadshow dilakukan di kota Blitar bulan Mei tahun 2013, itulah Roadshow PMK pertama kali, kemudian menyusul kota-kota lainnya di Jawa Timur, Tengah dan Barat, Sumatra, Kalimantan dan juga Indonesia Timur, salah satunya (untuk sekarang mungkin satu-satunya) dilakukan di Palu, Sulawesi Tengah pada bulan September 2013. Kebetulan penulis menjadi koordinator Roadshow ke-4 PMK tersebut yang dengan penuh rasa syukur disambangi oleh penyair-penyair kondang tanah air seperti mas Sosiawan Leak, Acep Zam-zam Noor, abah Arsyad Indradi dan mas Wage Tegoeh Wijono.
Road show 4 PMK di Palu. |
Selain roadshow, gerakan PMK telah menerbitkan 4 antologi* Puisi Menolak Korupsi dari sekitar 500 penyair Indonesia. Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 1, Jilid 2a dan 2B, kemudian Jilid Pelajar Menolak Korupsi
dimana penulis juga mengirimkan karya-karya anak di salah satu SMP
terpencil di kabupaten Manggarai-NTT yang puji syukur masuk dalam
seleksi puisi antologi pelajar dari seluruh Indonesia ini.
Tidak terasa, setahun lebih telah berjalan gerakan Puisi Menolak Korupsi, saat ini roadshow sudah sampai ke-27 kota, Desember ini kalau tidak salah roadshow akan diadakan di kota Tanjungpinang. Oh ya, di bulan September 2013 PMK juga telah melakukan roadshow di Gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Jakarta dihadiri oleh seluruh petinggi KPK pada saat itu, bahkan Abraham Samad sebagai Ketua KPK sempat membacakan puisi. What an inspiring moment at that time for me….
Disisi lainnya, banyak suka dan duka
dilalui bersama rekan-rekan penyair seluruh tanah air pada saat
mengikuti kegiatan-kegiatan PMK. Rasa kekeluargaan yang melekat erat
didalamnya sudah terjalin, sehingga dimanapun penulis pergi selama masih
ada di dalam wilayah Indonesia, penulis akan bertemu dengan
sahabat-sahabat yang terlibat dengan gerakan ini dan sudah seperti
keluarga sendiri layaknya.
Maju terus Gerakan PMK, maju terus penyair
tanah air dalam menolak korupsi melalui kebudayaan. Semoga apa yang kita
sama-sama lakukan untuk menghancurkan korupsi melalui puisi dapat
selalu berjalan maju, meskipun langkah kita kecil, namun makin lama
langkah makin panjang, ribuan kilometer telah dilakukan dan akan
dilakukan, lagi dan lagi sehingga perjalanan PMK makin lama makin
bermakna dan bernas. Aksi kita untuk Indonesia dalam menolak korupsi!
Salam hangat, doa kuat, satu hati menolak korupsi.
Dari Tanah Cendana - NTT (suatu saat mudah-mudahan bisa buat lagi roadshow PMK di sini)
*) Hilda Rumambi
Diposting ulang dari http://sosbud.kompasiana.com/2014/11/04/gerakan-puisi-menolak-korupsi-penyair-indonesia-pmk-700879.html
*Sebenarnya baru 3 jilid buku: Jilid I, jilid IIa & IIb, dan jilid III (edisi pelajar Indonesia)
Penyunting Ekohm Abiyasa.
Penyunting Ekohm Abiyasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.