Pesantren Darul Ulum Pasuruan Melawan Korupsi
Tuesday, 4 November 2014 | garis 09:12.
Pasuruan, Muslimedianews.com ~ Gerakan Puisi Menolak
Korupsi (PMK) yang dikomandani penyair Internasional Sosiawan Leak tidak
hanya berlaku di sekolahan, kampus, mall maupun masyarakat umum namun
juga di pondok pesantren. PMK merupakan gerakan moral para penyair
nasional yang tergabung dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi. Para
penyair tidak hanya menerbitkan buku, namun mereka ikut terjun dalam
memberikan pendidikan anti korupsi.
Ada suasana berbeda di Pondok Pesantren Darul Ulum, Karangpandan,
Pasuruan. Biasanya para santri identik dengan ngaji kitab kuning dan
pengajian yang diisi oleh kyai besar. Namun kali ini para santri justru
diajak untuk “Jagongan Budaya” yang dihadiri para penyair nasional.
(2/11/2014)
Dengan mengusung tema "Jagongan Budaya" di Pondok Pesantren Darul Ulum,
menjadi tempat Road Show Puisi Menolak Korupsi ke-26. Sebuah gerakan
para penyair seluruh Indonesia yang berusaha memberikan pendidikan nilai
anti korupsi kepada siapa saja, baik kepada santri, masyarakat umum,
guru maupun pelajar.
Hadir para penyair anti korupsi dari sang jenderal gerakan puisi menolak
korupsi Sosiawan Leak (Solo), Roosetindaro Baracinta (Surakarta), Bagun
Barlen Aji (Jember), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas Indiana Senja
(Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak), Aloet Pati
(Pati), Suryahadi (Riau), Syarifuddin Arifin (Padang), Bambang Eka
Prasetya (Magelang), Rizki (Magelang), Agustina Thamrin (Banjarbaru
Kalimantan Selatan), Dimas Anggara (Demak), dan Kidung Purnama (Ciamis).
Sosiawan Leak mengatakan, bahwa penyakit korupsi telah mengerogoti
bangsa ini maka saatnya kita melakukan perlawanan terhadatp perilaku
korupsi, salah satunya dengan sadar diri dan tidak berperilaku koruptif.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Pasuruan Ust. Haedar Hafidz
berharap pesantrennya menjadi sentral pondok yang memberikan kontribusi
Puisi Menolak Korupsi.
“Dengan puisi kita lawan korupsi,” tambahnya
* Kontributor
Lukni Maulana
Ada Jagongan Budaya di Pesantren Pasuruan
Rabu, 05/11/2014 10:06
Pasuruan, NU Online
Ada suasana berbeda di
Pondok Pesantren Darul Ulum, Karangpandan, Pasuruan. Para santri yang
biasa ngaji kitab kuning, malam itu menggelar “Jagongan Budaya”. Bukan
sekedar jagongan, justru para santri diajak untuk memaknai kediriannya
tentang pendidikan antikorupsi.
Jagongan Budaya di Pondok
Pesantren Darul Ulum tersebut dalam rangka Road Show Puisi Menolak
Korupsi ke-26. Sebuah gerakan para penyair seluruh Indonesia yang
berusaha memberikan pendidikan nilai antikorupsi kepada siapa saja, baik
kepada santri, masyarakat umum, guru, maupun pelajar.
Hadir pada
Pasuruan Ahad (2/10) itu para penyair dari Sang Jenderal Gerakan Puisi
Menolak Korupsi, Sosiawan Leak (Solo), Roosetindaro Baracinta
(Surakarta), Bagun Barlen Aji (Jember), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas
Indiana Senja (Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak),
Aloet Pati (Pati), Suryahadi (Riau), Syarifuddin Arifin (Padang),
Bambang Eka Prasetya (Magelang), Rizki (Magelang), Agustina Thamrin
(Banjarbaru Kalimantan Selatan), Dimas Anggara (Demak), Kidung Purnama
(Ciamis).
Kemeriahan tampak sekali di pondok pesantren ini.
Suguhan pembacaan puisi, teatrikalisasi puisi dan musikalisasi puisi.
Road show pembacaan puisi menolak korupsi tidak hanya diikuti oleh para
penyair nasional dan santri namun juga diikuti para ustadz pondok dan
kiai Pondok Pesantren Darul Ulum Pasuruan.
Haedar Hafidz selaku
pengasuh pondok pesantren Darul Ulum mengatakan, pihaknya ingin
memberikan pentingnya pendidikan anti korupsi kepada para santri.
“Korupsi
harus diperangi dan ini merupakan jihad. Dan semoga Pondok Pesantren
Darul Ulum Pasuruan menjadi sentral pondok yang memberikan kontribusi
Puisi Menolak Korupsi,” tutur Haedar. “Dengan puisi kita lawan korupsi,”
tambahnya. (Lukni Maulana/Mahbib)
Sumber:
nu.or.id
Ketika Kaum Santri Tolak Korupsi Melalui Sebuah Puisi
Kamis, 13/11/2014 23:00
Pasuruan,
NU OnlinePenolakan terhadap
korupsi terus mengalir dari sejumlah kalangan, salah satunya dari para
kaum santri yang dengan tegas berkomitmen menolak adanya korupsi melalui
sebuah puisi. Hal itu seperti yang dilakukan puluhan santri Pondok
Pesantren Darul Ulum Karangpandan, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Para
santri yang biasa mengaji kitab kuning tersebut, Ahad malam itu
menggelar sebuah acara yang dikemas berupa "Jagongan Budaya". Dalam
acara yang bertajuk "Dengan Puisi, Kutolak Korupsi itu" itu, mereka
secara bergantian mendeklamasikan puisi-puisi yang berisikan tentang
penolakan terhadap korupsi.
Acara ini sendiri juga sekaligus
merupakan salah satu rangkaian dari road show Puisi Menolak Korupsi.
Sebuah gerakan sejumlah penyair Indonesia yang berusaha memberikan
pendidikan nilai antikorupsi kepada siapa saja, baik masyarakat umum
maupun kaum santri.
Turut hadir dalam acara itu belasan penyair
dari berbagai daerah di Tanah Air, diantaranya yaitu: Koordinator
Gerakan Puisi Menolak Korupsi, Sosiawan Leak (Solo), Agustina Thamrin
(Banjarbaru Kalimantan Selatan), Syarifuddin Arifin (Padang), Bambang
Eka Prasetya (Magelang), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas Indiana Senja
(Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak), Aloet Pati
(Pati), Suryahadi (Riau), Rizki Indah Ferina (Magelang), serta beberapa
penyair lainya.
Pantauan NU Online, acara menjadi semakin meriah
ketika sejumlah santri setempat menampilkan parade puisi dengan
berkolaborasi antara teatrikalisasi dan musikalisasi puisi. Bahkan,
terdapat salah satu parade puisi yang dibacakan 9 santri Darul Ulum
Karangpandan ini, sempat menarik perhatian para undangan. Pasalnya puisi
yang dibacakan para santri itu layaknya seperti membaca sebuah nadzoman
kitab dengan diiringi alat musik tradisional.
Koordinator PMK,
Sosiawan Leak mengatakan, bahwa road show yang dilakukannya di Ponpes
pimpinan KH. Ishomuddin Mashum itu, merupakan road show yang ke-26.
"Sebelumnya kami sudah menggeber road show ini ke beberapa daerah
lainnya di Indonesia, dan sekarang ini baru giliran di Pasuruan," ucap
penyair asal Solo tersebut.
Selain itu, Leak menjelaskan, gerakan
PMK mengambil posisi sebagai gerakan kultural untuk melengkapi gerakan
lainnya yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat.
"Gerakan ini tentu saja menjadi media dan sarana bagi penyair untuk
menyatakan sikap tegas menolak nilai-nilai kehidupan yang korup,"
terangnya kepada NU Online saat ditemui seusai acara.
Sementara
itu, Haedar Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum
mengatakan, bahwa dengan adanya acara semacam ini, pihaknya ingin
memberikan wawasan mengenai pentingnya pendidikan anti korupsi kepada
para santrinya.
"Wawasan mengenai korupsi perlu ditanamkan kepada
para santri. Sebab korupsi harus diperangi, lantraran ini merupakan
jihad," pungkas pria yang juga pendiri Rumah Sastra tersebut.
(shohibul hujjah/mukafi niam)
Sumber:
nu.or.id
Puluhan Penyair dan Santri Baca Puisi Tolak Korupsi
02/11/2014
Rejoso (Kabarpas.com) – Puluhan penyair dari
berbagai daerah di Tanah Air membaca puisi tolak korupsi bersama
sejumlah santriwan-santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum Karangpandan,
Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Minggu malam, (02/11/2014).
Dalam acara yang dikemas dengan tema Jagongan Budaya itu, dimulai
sejak pukul 19.00 wib hingga tengah malam. Acara ini sendiri merupakan
salah satu rangkaian dari
road show para penyair Indonesia yang karyanya tergabung dalam buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK).
Pantauan Kabarpas.com di lapangan, satu persatu penyair dari PMK itu
dan beberapa orang santri secara bergantian mendeklamasikan puisi karya
mereka di atas panggung yang disaksikan ratusan warga dan santri Ponpes
Daru Ulum Karang Pandan.
Salah satu puisi yang sempat menarik perhatian para undangan ialah
parade pembacaan puisi yang dilakukan oleh 9 orang santri setempat.
Pasalnya puisi yang dibacakan para santri itu ialah layaknya seperti
membaca sebuah nadzoman kitab, dengan diiringi alat musik tradisional.
Koordinator PMK, Sosiawan Leak mengatakan, bahwa
road show yang dilakukannya di Ponpes pimpinan KH. Ishomuddin Mashum itu, merupakan
road show yang ke-26. “Sebelumnya kami sudah menggeber
road show ini ke beberapa daerah lainnya di Indonesia, dan sekarang ini baru giliran di Pasuruan,” ucap penyair asal Solo tersebut.
Selain itu, Leak menjelaskan, gerakan PMK mengambil posisi sebagai
gerakan kultural untuk melengkapi gerakan lainnya yang dilakukan
sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat. “Gerakan ini tentu saja
menjadi media dan sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas
menolak nilai-nilai kehidupan yang korup,” terangnya kepada Kabarpas.com
saat ditemui seusai acara.
Menurutnya, semua orang dari berbagai kalangan berhak untuk menolak
korupsi, sebab kata dia tindak korupi merupakan sebuah perbuatan yang
dapat merugikan masyarakat dan negara. Hal itu sudah tertera dalam
perundangan, Pasal 1 angka 3 UU no 30 tahun 2002 tentang KPK yang
mempertegas keterlibatan masyarakat di dalam pemberantasan korupsi.
“Kami menyadari bahwa puisi tidak bisa digunakan untuk melawan secara
langsung apalagi untuk menghakimi atau memvonis para koruptor. Karena
puisi tidak berada dalam wilayah penindakan layaknya instansi yang
berkompetensi seperti kepolisian, kehakiman dan KPK. Namun, melalui
puisi setidaknya bisa dilakukan pencegahan,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu pengasuh Ponpes Darul Ulum Karangpandan,
Gus Haidar Hafeez mengatakan, bahwa selama ini di pesantrennya tersebut,
sudah diterapkan salah satu pelajaran khusus mengenai dunia sastra.
Sehingga hal itu kemudian diaplikasikan dengan adanya kegiatan tersebut.
“Dan Alhamdulillah, saat ini sudah ada 18 santri dan pelajar kami
yang karyanya lolos seleksi puisi nasional yang digawangi oleh mas Leak.
Itu menunjukkan kalau santri kami sudah mampu berbicara tentang sastra
di level nasional. Sebab untuk bisa lolos, harus melalui tahapan seleksi
yang cukup ketat,” pungkasnya.
(ajo/uje).
Sumber: kaparpasdotcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.