Senin, 15 September 2014

Korupsi Dilakukan Secara Berjemaah, Menolaknya pun Harus Berjemaah

Taufik Ikram Jamil
Penyair dalam Puisi Menolak Korupsi
RiauKepri.com, PEKANBARU – Lampu par telah terjejer di atas batten. Dengan penyangga tripod, lampu-lampu tersebut mengarah ke panggung yang berukuran 4×6 meter. Menyinari sudut setting dengan properti yang telah disiapkan. Tampak di panggung sebuah kursi panjang melintang di sudut kiri. Sementara sudut kanannya terjejer terap yang didirikan. Sebuah white screen pun mencolokan sinarnya dengan kalimat “Puisi Melawan Korupsi”. Di bagian depan, terdapat sebuah mimbar kecil lengkap dengan microphonenya.

Sementara di selasar penonton tampak pula beberapa orang sedang sibuk berbual. Membicarakan berbagai tema sambil menikmati sejemput gorengan ringan. Tak lupa pula segelas kopi mendampingi. Sebagai judu bual agar terasa lebih panjang.

Inilah suasana acara “Puisi Menolak Korupsi”. Setelah sebelumnya diadakan di FIB UNILAK, UIR, dan Kabupaten Siak Indrapura, kini kegiatan tersebut bertitik tempat di aula Dewan Kesenian Riau, Bandar Serai (13/9/2014).

Waktu telah menunjukan pukul 21.15 WIB. MC berdiri membuka acara. Para tamu yang sedari tadi berbual pun mulai merapat. Mengawali acara, MC mempersilahkan Kazaini KS selaku Ketua Dewan Kesenian Riau untuk memberikan sambutan.

“Selamat datang di Riau bagi kawan-kawan dari PMK. Selamat menyuarakan penolakan korupsi. Semoga dari kegiatan ini bisa memberikan penyadaran bagi kita bahwa korupsi memang harus dilawan,” ungkap Kazaini dalam sambutannya.

Tak lupa sebagai prolog dari penyelenggara, MC pun memanggil Sosiawan Leak, penggagas Puisi Menolak Korupsi, memberikan pandangan. Dengan sanggam, lelaki dari Surakarta tersebut menyampaikan prolognya.

“Gerakan ini murni gerakan kultural. Berlandaskan pada fenomena korupsi yang seolah telah membudaya di negeri ini. Dalam catatan yang saya temui, korupsi telah lahir sejak lama sekali. Sebuah catatan menuliskan, bahwa korupsi telah ada sejak 2300 tahun yang lalu. Catatan tersebut menuliskan berbagai cara merampok uang negara. Oleh karena korupsi dilakukan secara berjamaah, maka melawan korupsi juga harus dilakukan dengan jamaah,” ungkap Leak dengan tegas.

Leak juga menyampaikan bahwasannya perjalanan yang telah dilakukan Puisi Menolak Korupsi sudah yang ke-24 kali. Sebenarnya, kata Leak, Puisi Menolak Korupsi ini tidak hanya sebentuk membuat acara baca puisi seperti ini. Berdasarkan inisiatif kawan-kawan di seluruh nusantara, maka dikumpulkanlah sebanyak-banyaknya puisi untuk dicetak menjadi sebuah buku. Berbagai kalangan penulis, dari penulis ternama hingga anak SD pun turut serta dalam pembuatan buku bertemakan menolak korupsi tersebut.

“Soal pendanaan juga dari inisiatif kawan-kawan. Jadi penulis yang mengirimkan puisi juga mengirimkan uang untuk biaya pencetakan. Tidak dipatokan besarnya berapa. Nanti setelah selesai cetak, kita kirimkan bukunya kepada si penulis balik. Jadi kalau harga buku Rp. 25.000,- si penulis kemarin mengirimkan Rp. 100.000,- kami kirimkan bukunya empat. Kami juga tidak mau terlibat korupsi di dalam pencetakan,” tambah Leak dengan gaya gurauannya.

Selesai menyampaikan prolog Leak pun diminta untuk membacakan puisi pertama. Dengan ekspresi dan gestur yang ekspresif lelaki tersebut pun membacakan puisi bertemakan ‘Negeri Kadal’. Tak mau kalah, ketua Dewan Kesenian Riau, Kazaini KS pun turut ambil bagian. Dengan Puisi ‘Anjing Menggonggong’, Kazzani dengan penuh hikmat melepaskan kata per kata.

Suasana mulai panas, ketika Eddy Ahmad RM, dinobatkan membacakan puisinya. Bak kelakar seorang pejabat lengkap dengan ajudannya, Eddy RM menaiki panggung. Lalu menyusun tiga microphone di sisi mimbar. Seperti pejabat berpidato Eddy memulai aksinya. Di tengah pembacaan, Eddy mengambil puluhan lembar uang dari kantong celananya dan melmparkan uang tersebut ke udara. Seorang ajudan yang sedari tadi menunggu pun naik memungut uang yang berserakan. Tak Eddy namanya kalau tak berkelakar gila.

Dikala malam semakin larut, suasana tersebut tak surut-surut. Puluhan penyair lokal Riau dan luar Riau pun ambil bagian. Dengan berbagai gaya mereka mengungkapkan ekspresinya.

Turut hadir dan membacakan puisi malam itu sastrawan Taufik Ikram Jamil, Hang Kafrawi, Jefri al Malay, Abah Arsyad (Kalimantan), Herlela Ningsih, Wage Teguh (Semarang), Ane Sanggar Davi Matahari (Jakarta), Rinaldi, Syarifuddin Arifin (Sumbar), Acep Syahril (Jawa Barat), Zuarman Ahmad (Riau), Husnu Abadi (Riau), Tarmizi rumahitam (Batam).

Hingga pukul 00.30 WIB, acara pun ditutup oleh aksi Suharyoto, Zuarman Ahmad dan Harif yang ekspresif. Kelakar tiga lelaki tersebut membuat penonton pun tertawa. Dengan bertelanjang dada pembacaan puisi tersebut penuh canda. (DEN) 

Keterangan foto:
Mantan ketua Dewan Kesenian Riau baca puisi diacara road show PMK ke-24 (12-13 September 2014) di Pekanbaru.

Sumber: http://www.riaukepri.com/index.php/korupsi-dilakukan-secara-bejemaah-menolaknya-pun-harus-berjemaah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.

SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.