Taufik Ikram Jamil |
Penyair dalam Puisi Menolak Korupsi
RiauKepri.com, PEKANBARU
– Lampu par telah terjejer di atas batten. Dengan penyangga tripod,
lampu-lampu tersebut mengarah ke panggung yang berukuran 4×6 meter.
Menyinari sudut setting dengan properti yang telah disiapkan. Tampak di
panggung sebuah kursi panjang melintang di sudut kiri. Sementara sudut
kanannya terjejer terap yang didirikan. Sebuah white screen pun
mencolokan sinarnya dengan kalimat “Puisi Melawan Korupsi”. Di bagian
depan, terdapat sebuah mimbar kecil lengkap dengan microphonenya.
Sementara di selasar penonton tampak pula beberapa orang sedang sibuk
berbual. Membicarakan berbagai tema sambil menikmati sejemput gorengan
ringan. Tak lupa pula segelas kopi mendampingi. Sebagai judu bual agar
terasa lebih panjang.
Inilah suasana acara “Puisi Menolak Korupsi”. Setelah sebelumnya
diadakan di FIB UNILAK, UIR, dan Kabupaten Siak Indrapura, kini kegiatan
tersebut bertitik tempat di aula Dewan Kesenian Riau, Bandar Serai
(13/9/2014).
Waktu telah menunjukan pukul 21.15 WIB. MC berdiri membuka acara.
Para tamu yang sedari tadi berbual pun mulai merapat. Mengawali acara,
MC mempersilahkan Kazaini KS selaku Ketua Dewan Kesenian Riau untuk
memberikan sambutan.
“Selamat datang di Riau bagi kawan-kawan dari PMK. Selamat
menyuarakan penolakan korupsi. Semoga dari kegiatan ini bisa memberikan
penyadaran bagi kita bahwa korupsi memang harus dilawan,” ungkap Kazaini
dalam sambutannya.
Tak lupa sebagai prolog dari penyelenggara, MC pun memanggil Sosiawan
Leak, penggagas Puisi Menolak Korupsi, memberikan pandangan. Dengan
sanggam, lelaki dari Surakarta tersebut menyampaikan prolognya.
“Gerakan ini murni gerakan kultural. Berlandaskan pada fenomena korupsi yang seolah telah membudaya di negeri ini. Dalam catatan yang saya temui, korupsi telah lahir sejak lama sekali. Sebuah catatan menuliskan, bahwa korupsi telah ada sejak 2300 tahun yang lalu. Catatan tersebut menuliskan berbagai cara merampok uang negara. Oleh karena korupsi dilakukan secara berjamaah, maka melawan korupsi juga harus dilakukan dengan jamaah,” ungkap Leak dengan tegas.
Leak juga menyampaikan bahwasannya perjalanan yang telah dilakukan
Puisi Menolak Korupsi sudah yang ke-24 kali. Sebenarnya, kata Leak,
Puisi Menolak Korupsi ini tidak hanya sebentuk membuat acara baca puisi
seperti ini. Berdasarkan inisiatif kawan-kawan di seluruh nusantara,
maka dikumpulkanlah sebanyak-banyaknya puisi untuk dicetak menjadi
sebuah buku. Berbagai kalangan penulis, dari penulis ternama hingga anak
SD pun turut serta dalam pembuatan buku bertemakan menolak korupsi
tersebut.
“Soal pendanaan juga dari inisiatif kawan-kawan. Jadi penulis yang
mengirimkan puisi juga mengirimkan uang untuk biaya pencetakan. Tidak
dipatokan besarnya berapa. Nanti setelah selesai cetak, kita kirimkan
bukunya kepada si penulis balik. Jadi kalau harga buku Rp. 25.000,- si
penulis kemarin mengirimkan Rp. 100.000,- kami kirimkan bukunya empat.
Kami juga tidak mau terlibat korupsi di dalam pencetakan,” tambah Leak
dengan gaya gurauannya.
Selesai menyampaikan prolog Leak pun diminta untuk membacakan puisi
pertama. Dengan ekspresi dan gestur yang ekspresif lelaki tersebut pun
membacakan puisi bertemakan ‘Negeri Kadal’. Tak mau kalah, ketua Dewan
Kesenian Riau, Kazaini KS pun turut ambil bagian. Dengan Puisi ‘Anjing
Menggonggong’, Kazzani dengan penuh hikmat melepaskan kata per kata.
Suasana mulai panas, ketika Eddy Ahmad RM, dinobatkan membacakan
puisinya. Bak kelakar seorang pejabat lengkap dengan ajudannya, Eddy RM
menaiki panggung. Lalu menyusun tiga microphone di sisi mimbar. Seperti
pejabat berpidato Eddy memulai aksinya. Di tengah pembacaan, Eddy
mengambil puluhan lembar uang dari kantong celananya dan melmparkan uang
tersebut ke udara. Seorang ajudan yang sedari tadi menunggu pun naik
memungut uang yang berserakan. Tak Eddy namanya kalau tak berkelakar
gila.
Dikala malam semakin larut, suasana tersebut tak surut-surut. Puluhan
penyair lokal Riau dan luar Riau pun ambil bagian. Dengan berbagai gaya
mereka mengungkapkan ekspresinya.
Turut hadir dan membacakan puisi malam itu sastrawan Taufik Ikram
Jamil, Hang Kafrawi, Jefri al Malay, Abah Arsyad (Kalimantan), Herlela
Ningsih, Wage Teguh (Semarang), Ane Sanggar Davi Matahari (Jakarta),
Rinaldi, Syarifuddin Arifin (Sumbar), Acep Syahril (Jawa Barat), Zuarman
Ahmad (Riau), Husnu Abadi (Riau), Tarmizi rumahitam (Batam).
Hingga pukul 00.30 WIB, acara pun ditutup oleh aksi Suharyoto,
Zuarman Ahmad dan Harif yang ekspresif. Kelakar tiga lelaki tersebut
membuat penonton pun tertawa. Dengan bertelanjang dada pembacaan puisi
tersebut penuh canda. (DEN)
Keterangan foto:
Mantan ketua Dewan Kesenian Riau baca puisi diacara road show PMK ke-24 (12-13 September 2014) di Pekanbaru.
Sumber: http://www.riaukepri.com/index.php/korupsi-dilakukan-secara-bejemaah-menolaknya-pun-harus-berjemaah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.