Minggu, 25 Mei 2014

Road Show XIX Puisi Menolak Korupsi di Amuntai Kalsel

Oleh: Samsuni Sarman

Membelah Kota Bumi Kuripan
Panas mentari pukul 12.00 wita dari Pusat Gelar Budaya Kota Banjarbaru (Rabu, 14/5) rombongan penyair nasional bersama sahabat sastra kota Banjarmasin dan Banjarbaru merayap perlahan menuju satu arah - Road Show XIX Puisi Menolak Korupsi di Kota Bumi Kuripan Amuntai. Penyair yang datang dari seberang pulau antara lain Sosiawan Leak (Surakarta), Wage Teguh Wijono (Purwokerto), Bambang Eka Prasetya (Magelang) dan Surya Hardy (Pekanbaru) serta Maria Roesli (Samarinda) beserta penyair Kalimantan Selatan lainnya. Kami sempat singgah di Binuang untuk mengisi perut dengan kuliner sederhana seperti nasi lalapan, pepesan ikan, dan sop kikil dengan sedikit tragedi - yaitu mobil yang ditumpangi penyair nasional mogok. Maka, ramailah semua penumpang turun untuk mendorong dan ternyata setelah diperiksa cuma karena kabel accu yang longgar. Persis di Kecamatan Amuntai Tengah - tepatnya di desa Muara Tapus kami singgah untuk mengabadikan suasana daerah rawa yang memiliki pemandangan cukup indah. Ada luas rawa yang membelah kota Amuntai dengan deretan rumah panggung penduduk serta kuliner khas pepesan telur ikan puyau yang masing hangat di atas panggangan tempurung kelapa. Kami pun menikmati suasana ini.
Diskusi Sastra Menjelang Senja
Sore pukul 17.00 wita rombongan 4 buah mobil sebanyak 30 penyair tiba di Bumi Kuripan Amuntai beserta barisan sepeda motor sebanyak 5 penyair memasuki penginapan sekaligus tempat digelar diskusi sastra dalam pendopo pananggak banua Pemda Kabupaten Hulu Sungai Utara. Silaturahim dengan saling memperkenalkan diri antara penyair pun dimulai sekaligus saling menyampaikan pandangan pribadi tentang integritas gerakan Puisi Menolak Korupsi - dan bersahutanlah harapan dan keinginan dalam upaya pemberantasan korupsi yang saat ini merajalela dan satu demi satu pejabat negara dibebaskan dari bangku kekuasaan karena parigal memalukan tersebut. Semua itu tergambar jelas dalam larik puisi yang termuat dalam buku antologi PMK jilid 1 dan 2.a/b karya penyair Indonesia serta PMK jilid 3 sebagai karya pelajar Indonesia. Penyair Arsyad Indradi, Iberamsyah Amandit, Raji Leonada, Ali Syamsuddin Arsy, dan He Benyamine merupakan sebagian penyair Kalimantan Selatan yang konsisten dalam mengawal gerakan PMK tanpa batas waktu. Senja itu, diskusi sastra diakhir dengan salam dan ucapan terima kasih dari penyelenggara acara Dewan Kesenian HSU dengan Hendra Royadi selaku penggagas sastra PMK sebagai motorisnya.
Panggung PMK XIX di Pelataran Tugu Itik
Lantunan surah Al Alaq - Iqra Bismi Rabbikal Ladzi Khalaq - mengawali acara dipanggung Road Show XIX PMK di pelataran Tugu Itik siring Sungai Nagara. Iqra membuat semua terkesima karena bermakna bukan saja perintah membaca dan menulis - melainkan mencerna dengan akal, menganalisa, mendalami, merenungkan, menyampaikan, meneliti dan lain sebagainya sebagai wujud dari gerakan PMK menebar rasa larik puisi bagi ketinggian derajat manusia. Puisi pun mulai diperdengarkan, musikalisasi puisi karya Iberamsyah Barbary berjudul Curhat Kepada Tuhan disenandungkan oleh  Sanggar Air Amuntai pimpinan Hendra Royadi sekaligus vokalis. Perpaduan alat musik tradisional sepertu kuriding, guitar, gendang, dan gamelan serta backing vokal dari pelajar puteri kota Amuntai yang berbusana putih. Suasana islami sangat kental memulai pargelaran acara akbar ini sebagaimana disampaikan oleh Bupati Kepala Daerah HSU dalam kata sambutan tertulis yang dibacakan Ketua Dewan Kesenian HSU yaitu Harun Al Rasyid yang mendukung gerakan PMK serta menginginkan masyarakat Amuntai yang religiusitas dapat memberikan kontribusi dalam upaya pemberantasan korupsi melalui kegiatan berkesenian, khususnya puisi sebagai gerakan moral. Gong tanda bergema di Bumi Kuripan pun bersahutan -  Dra. Hj. Anisah Rasyidah Wahid, MAP sebagai isteri Bupati tampil pertama di panggung Road Show PMK XIX dengan suara yang lantang dan penuh semangat membacakan puisi karya Fahruraji Asmuni yang bertutur tentang negeri baldatun thoyibatun warrabun ghofur - masyarakat yang memenuhi pelataran Tugu Itik pun bangga dan bersorak menandai larik demi larik puisi bagai sebuah tekad dan semangat semua warga untuk segera memberantas korupsi, hari ini hingga masa depan kelak. Ada tiga komunitas sastra yang menyajikan teaterikal puisi, seperti Teater Pahajatan dari SMA Negeri 2 Paringin dengan tema tradisional dayak Meratus dalam membacakan puisi karya Sosiawan Leak, kemudian Sanggar Buluh Marindu dari kota Barabai yang dipimpin penyair muda berbakat Rezqie Muhammad AlFajar dengan sensasi mistis balian suku dayak membacakan puisi berjudul ‘Negeri Tikus’ karya Arsyad Indradi. Mereka bergerak tak beraturan menarikan ritme cepat dengan property asap dupa dan lambaian daun nyiur kuning sebagai pertanda kemurkaan pada tikus-tikus koruptor yang berada di negeri ini. Sementara, Teater Benteng Tundakan dari pelajar SMA Negeri 1 Awayan dibimbing sastrawan teaterikal Imam Buhkori dan Fahmi Wahid dengan tema kerusakan hutan yang diakibatkan tangan industri dan penggali sumber daya alam. Sebuah tindakan korupsi yang memiliki dampak sangat luas dan tak berbatas waktu - hutan yang disimbolkan dalam derap teater ini dibabat habis hingga tak tersisa sedikitpun bagi petani hingga muncul unsur masyarakat dan pemerintah secara sinergis menantang dan menghancurkan perusak alam tersebut. Dan, sebagaimana lazimnya sebuah gelar baca puisi - maka secara bergantian penyair yang tergabung dalam antologi PMK tampil di panggung Road Show PMK XIX Amuntai dengan segala gaya dan vokal untuk menyuarakan tekad - Satu Hati Tolak Korupsi.
Salam dan doa kuat, sahabat PMK di Indonesia.

Kita jumpa lagi di Road Show Puisi Menolak Korupsi akan datang.


2 komentar:

  1. wah sederhana sekali web PMK ini, menunjukkan nilai-nilai integritas penyair yang bersih dan tulus. Trims atas apresiasinya - dan salam serta doa kuat buat kita semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Pak Samsuni Sarman.

      Semoga info, foto dan lain-lain lebih mudah dan nyaman untuk dinikmati. Tanpa terganggu load yang lama.

      Salam hangat, do'a kuat!

      Hapus

Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.

SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.