Ahmad Mukhlis Yusuf. Foto oleh Firman Venayaksa. |
Korupsi di Indonesia jika diibaratkan seperti penyakit sudah mencapai
stadium empat. Apalagi di berbagai daerah seperti Banten, perkara
korupsi sungguh benar-benar sudah kronis. Hal itu bisa ditinjau melalui
kasus korupsi para pemimpinnya yang saat ini panas diberitakan oleh
berbagai media. Ironisnya, justru masyarakatlah yang harus menanggung
bebannya. Namun korupsi sulit pula dihentikan karena sudah sangat
menggurita. Maka dari itu, Rumah Dunia sebagai sebuah komunitas nirlaba
di Kampung Ciloang, Serang, menyelenggarakan diskusi dengan tajuk,
"Banten Menolak Korupsi", pada Sabtu (18/1).
Pada kesempatan
itu, Ahmadun Yossy Herfanda (AYH) prosais yang juga penulis buku Puisi
Menolak Korupsi (PMK), dosen Untirta, Dahnil Anzar dan Feri Patiro
(Pusat Informasi Regional) ditunjuk sebagai pembicaranya. Mereka
menyampaikan beberapa argumennya menyangkut korupsi yang tengah melanda
pemerintahan di Banten. Dahnil Anzar mengawali diskusi dengan mengatakan
bahwa korupsi itu dapat mengancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan
masyarakat. "Korupsi membuat rakyat miskin, korupsi membuat anak-anak
tidak mampu sekolah," ujar Dahnil dalam pemaparannya.
Sementara
itu, AYH mengatakan, harus tetap semangat menulis puisi meski korupsi
memang sulit dihentikan. Salah satu momennya adalah tetap menyemarakan
tema PMK. "Karena puisi adalah ungkapan doa. Sesulit apapun menghadapi
korupsi, kita harus tetap perangi dengan ungkapan puisi sebagai media
sastranya," kata Ahmadun.
Di sisi lain, Feri Patiro, menyatakan
memang dalam memerangi korupsi tidak hanya para aktivis, tetapi juga
penyair pun memiliki andil dalam memerangi korupsi. “Mari kita sama-sama
perangi korupsi, baik aktivis maupun penyair wajib memusuhi korupsi,
sebab itu adalah penyakit yang sangat membahayakan bagi kehidupan kita,”
katanya.
Tampak hadir pula para pendiri Rumah Dunia, seperti
Gol A Gong, Toto ST Radik, Tias Tatanka dan penasehat Rumah Dunia dan
mantan direktur LKBN Antara, A. Mukhlis Yusuf. Kemudian acara tersebut
ditutup dengan parade pembacaan puisi oleh para penyair PMK, di
antaranya adalah Ahmadun Yossy Herfanda, Sosiawan Leak, Toto ST Radik
Gol A Gong, dan Ardian Je. (HS)
Sumber Facebook PMK (Gol A Gong)
* * *
Oleh Rully Ferdiansyah
Kemarin malam, Sabtu 19 Januari 2014,
komunitas "Rumah Dunia" adakan acara seni pembacaan puisi menolak
korupsi. Banyak hadirin yang berdatangan. Umumnya, gedung seni-budaya
"Rumah Dunia" dipadati oleh para ibu-ibu dari PAUD. Acara tersebut diisi oleh
diskusi dan klimaksnya pembacaan puisi. Adapun untuk diskusi, tiga narsum
memberikan pernyataan seperti di bawah ini;
Dahnil
Anzar; "Rumus korupsi menurut pandangan saya sebagai dosen ekonomi adalah; monopoli + diskresi (policy) - Transparancy (accountable). Banyak pelaku koruptor yang membela diri dengan mengatakan pada media
bahwa kasus mereka dipolitisasi, sebuah konspirasi untuk menjatuhkan,
dan yang lebih ironis mereka mengatakan bahwa korupsi itu sebuah musibah
dari Allah. Ini keterlaluan. Kalau mereka
sering mengatakan demikian, banyak masyarakat awam terbawa opini mereka. Karena itu, kita sebagai orang yang mengerti harus sering memberikan
penyadaran pada orang awam bahwa korupsi itu tindakan kejahatan yang
menghabiskan dua tiga generasi bangsa Indonesia. Acara seperti ini memang
harus tetap berlangsung. Inilah yang harus jadi budaya.. bukan
korupsi."
Ahmadun Yosi Herfanda; "Saya sedih kalau Indonesia
dapat fenomena korupsi yang merongrong seperti ini. Anggapan yang mengatakan
bahwa 'money is power, everything' membuat saya nambah sedih. Karena
itu, mas Sosiawan Leak mengajak saya terlibat dalam kegiatan puisi tolak
korupsi, saya angsung kegirangan, antusias mengikutinya. Tapi, apakah
puisi bisa mencegah atau mengusir penyakit korupsi? Al-Qur'an saja
dikorupsi. Tapi, tidak masalah. Yang penting semangatnya. Bahkan, puisi
ini bisa jadi do'a yang mustajab. Semoga dengan puisi yang dibaca di sini bisa
menjadi do'a kepada Allah untuk menyelamatkan Banten, menyelamatkan negeri ini
dari korupsi."
Iitulah isi omongan narasumber yang saya ingat. Kemudian, saya dan beberapa penggiat puisi menolak korupsi berbincang
mengenai masa depan sastra di Indonesia dan kasus korupsi. Sebagai
koordinator (PMK), Sosiawan Leak menyayangkan adanya kasus skandal sastra
dari penyair seperti "SS" dari Jakarta dan Denny J.A. Ia menceritakan
dengan kegetiran kalau orang di setiap kota selalu menanyakan kasus dua
skandal tersebut padanya ketika ia hendak menggelar acara pembacaan PMK.
Keprihatinan Leak adalah kepirihatinan kita semua, tapi saya tidak bisa
larut dalam kegetiran dua skandal itu. Saya optimis kalau yang namanya
puisi ataupun bentuk sastra lainnya selalu "memulihkan" dirinya sendiri. Dulu orang jahiliah di Arab kerap bersyair untuk kegemerlapan duniawi yang
memabukkan. Dan, setelah Al-Qur'an turun, para penyair Quraisy terkesiap
dengan bentuk diksi dan isi yang sedemikian indah. Sukar ditandingi. Kemudian salah satu ayat Al-Qur'an mengatakan "Hai, para penyair, kalau
bisa membuat satu ayat semisal Al-Qur'an, buatlah. Silakan kalau minta
bantuan jin, setan, dan semua bala tentaramu. Tapi, kalian takkan mampu
menandingi ayat Al-Qur'an".
Ddemikianlah. Semoga acara ini tetap
berlangsung hingga korupsi benar-benar hilang dari Banten dan Indonesia
secara keseluruhan. (*)
Sumber Facebook PMK (Gol A Gong)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.