Senin, 20 Januari 2014

Puisi Menolak Korupsi di Rumah Dunia, Serang-Banten

Ahmad Mukhlis Yusuf. Foto oleh Firman Venayaksa.
Korupsi di Indonesia jika diibaratkan seperti penyakit sudah mencapai stadium empat. Apalagi di berbagai daerah seperti Banten, perkara korupsi sungguh benar-benar sudah kronis. Hal itu bisa ditinjau melalui kasus korupsi para pemimpinnya yang saat ini panas diberitakan oleh berbagai media. Ironisnya, justru masyarakatlah yang harus menanggung bebannya. Namun korupsi sulit pula dihentikan karena sudah sangat menggurita. Maka dari itu, Rumah Dunia sebagai sebuah komunitas nirlaba di Kampung Ciloang, Serang, menyelenggarakan diskusi dengan tajuk, "Banten Menolak Korupsi", pada Sabtu (18/1).

Pada kesempatan itu, Ahmadun Yossy Herfanda (AYH) prosais yang juga penulis buku Puisi Menolak Korupsi (PMK), dosen Untirta, Dahnil Anzar dan Feri Patiro (Pusat Informasi Regional) ditunjuk sebagai pembicaranya. Mereka menyampaikan beberapa argumennya menyangkut korupsi yang tengah melanda pemerintahan di Banten. Dahnil Anzar mengawali diskusi dengan mengatakan bahwa korupsi itu dapat mengancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. "Korupsi membuat rakyat miskin, korupsi membuat anak-anak tidak mampu sekolah," ujar Dahnil dalam pemaparannya.

Sementara itu, AYH mengatakan, harus tetap semangat menulis puisi meski korupsi memang sulit dihentikan. Salah satu momennya adalah tetap menyemarakan tema PMK. "Karena puisi adalah ungkapan doa. Sesulit apapun menghadapi korupsi, kita harus tetap perangi dengan ungkapan puisi sebagai media sastranya," kata Ahmadun.

Di sisi lain, Feri Patiro, menyatakan memang dalam memerangi korupsi tidak hanya para aktivis, tetapi juga penyair pun memiliki andil dalam memerangi korupsi. “Mari kita sama-sama perangi korupsi, baik aktivis maupun penyair wajib memusuhi korupsi, sebab itu adalah penyakit yang sangat membahayakan bagi kehidupan kita,” katanya.

Tampak hadir pula para pendiri Rumah Dunia, seperti Gol A Gong, Toto ST Radik, Tias Tatanka dan penasehat Rumah Dunia dan mantan direktur LKBN Antara, A. Mukhlis Yusuf. Kemudian acara tersebut ditutup dengan parade pembacaan puisi oleh para penyair PMK, di antaranya adalah Ahmadun Yossy Herfanda, Sosiawan Leak, Toto ST Radik Gol A Gong, dan Ardian Je. (HS)

Sumber Facebook PMK (Gol A Gong)

* * *
Oleh Rully Ferdiansyah

Kemarin malam, Sabtu 19 Januari 2014, komunitas "Rumah Dunia" adakan acara seni pembacaan puisi menolak korupsi. Banyak hadirin yang berdatangan. Umumnya, gedung seni-budaya "Rumah Dunia" dipadati oleh para ibu-ibu dari PAUD. Acara tersebut diisi oleh diskusi dan klimaksnya pembacaan puisi. Adapun untuk diskusi, tiga narsum memberikan pernyataan seperti di bawah ini;

Dahnil Anzar; "Rumus korupsi menurut pandangan saya sebagai dosen ekonomi adalah; monopoli + diskresi (policy) - Transparancy (accountable). Banyak pelaku koruptor yang membela diri dengan mengatakan pada media bahwa kasus mereka dipolitisasi, sebuah konspirasi untuk menjatuhkan, dan yang lebih ironis mereka mengatakan bahwa korupsi itu sebuah musibah dari Allah. Ini keterlaluan. Kalau mereka sering mengatakan demikian, banyak masyarakat awam terbawa opini mereka. Karena itu, kita sebagai orang yang mengerti harus sering memberikan penyadaran pada orang awam bahwa korupsi itu tindakan kejahatan yang menghabiskan dua tiga generasi bangsa Indonesia. Acara seperti ini memang harus tetap berlangsung. Inilah yang harus jadi budaya.. bukan korupsi."

Ahmadun Yosi Herfanda; "Saya sedih kalau Indonesia dapat fenomena korupsi yang merongrong seperti ini. Anggapan yang mengatakan bahwa 'money is power, everything' membuat saya nambah sedih. Karena itu, mas Sosiawan Leak mengajak saya terlibat dalam kegiatan puisi tolak korupsi, saya angsung kegirangan, antusias mengikutinya. Tapi, apakah puisi bisa mencegah atau mengusir penyakit korupsi? Al-Qur'an saja dikorupsi. Tapi, tidak masalah. Yang penting semangatnya. Bahkan, puisi ini bisa jadi do'a yang mustajab. Semoga dengan puisi yang dibaca di sini bisa menjadi do'a kepada Allah untuk menyelamatkan Banten, menyelamatkan negeri ini dari korupsi."

Iitulah isi omongan narasumber yang saya ingat. Kemudian, saya dan beberapa penggiat puisi menolak korupsi berbincang mengenai masa depan sastra di Indonesia dan kasus korupsi. Sebagai koordinator (PMK), Sosiawan Leak menyayangkan adanya kasus skandal sastra dari penyair seperti "SS" dari Jakarta dan Denny J.A. Ia menceritakan dengan kegetiran kalau orang di setiap kota selalu menanyakan kasus dua skandal tersebut padanya ketika ia hendak menggelar acara pembacaan PMK.

Keprihatinan Leak adalah kepirihatinan kita semua, tapi saya tidak bisa larut dalam kegetiran dua skandal itu. Saya optimis kalau yang namanya puisi ataupun bentuk sastra lainnya selalu "memulihkan" dirinya sendiri. Dulu orang jahiliah di Arab kerap bersyair untuk kegemerlapan duniawi yang memabukkan. Dan, setelah Al-Qur'an turun, para penyair Quraisy terkesiap dengan bentuk diksi dan isi yang sedemikian indah. Sukar ditandingi. Kemudian salah satu ayat Al-Qur'an mengatakan "Hai, para penyair, kalau bisa membuat satu ayat semisal Al-Qur'an, buatlah. Silakan kalau minta bantuan jin, setan, dan semua bala tentaramu. Tapi, kalian takkan mampu menandingi ayat Al-Qur'an".

Ddemikianlah. Semoga acara ini tetap berlangsung hingga korupsi benar-benar hilang dari Banten dan Indonesia secara keseluruhan. (*)

Sumber Facebook PMK (Gol A Gong)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.

SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.