Rumah Adab Indonesia Mulia
Jalan Diponegoro 94 Pati
15 November 2013
 |
|
Anis
Sholeh Ba’asyin: Di Amerika, ada seseorang yang membeli sebuah meja
antik. Karena meja tersebut terlalu besar, maka terpaksa dibongkar
sebagian agar bisa melewati pintu rumahnya. Saat membongkar meja yang
dibelinya seharga 2 juta tersebut, pembeli tersebut malah menemukan
tumpukan uang pecahan seratus dollar sejumlah 1 milyar. Apa yang
dilakukannya? Si pembeli meja, merasa bahwa uang itu bukanlah
uangnya; bukan haknya, karena yang dia beli adalah meja tanpa ada
embel-embel uang di dalamnya. Lalu si pembeli pun bergegas melaporkan
kepada penjual meja tersebut dan mengembalikan uang temuan itu. Ada dua
hal penting yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari peristiwa ini.
Dua hal itu adalah kejujuran dan amanah. Pada saat si pembeli meja itu
merasa bahwa uang yang ditemukan di dalam laci meja itu bukan haknya,
maka saat itu dia sudah berlaku jujur. Sedangkan amanah, adalah ketika
si pembeli itu kemudian melaksanakan apa yang dirasakan dan
dipikirkannya, yakni mengembalikan apa yang bukan miliknya atau haknya
kepada yang lebih berhak. Dari sini bisa kita lihat perbedaan jujur dan
amanah.

Agus
Toto Widyatmoko: Sebenarnya banyak permasalahan korupsi yang tidak
tersorot oleh kamera media. Dan ini juga sudah sangat dipahami
masyarakat, salah satunya mengenai dana-dana bantuan sosial yang
dianggarkan pemerintah. Dana-dana bantuan sosial, terutama untuk
kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh masyarakat kerap mendapatkan
perlakuan yang kurang sepatutnya. Itu bisa dilihat dari berbagai macam
potongan yang diterapkan dengan dalih-dalih yang juga beraneka macam.
Bisa dibayangkan, jika banyak kegiatan sosial yang terpangkas dana
bantuannya, berapa besar yang dihasilkan? Inilah korupsi yang tak
kentara. Dan semakin tak kentara akan semakin besar pula potensinya;
otomatis semakin besar pula kerugian negara.

Sosiawan
Leak: Di zaman Kalingga atau dalam istilah China disebut Holing, nyaris
tak ada pejabat korup. Semua benda yang tergeletak di jalanan tak akan
ada yang menyentuhnya, biarpun itu barang tak berharga. Mengapa begitu?
Karena pada waktu itu Ratu Shima, raja perempuan kerajaan Kalingga,
sangat takut jika ada warganya yang tidak jujur. Oleh sebab itu, ia
menerapkan hukum yang sangat ketat. Sampai-sampai tak ada orang yang
berani melompati barang yang tertinggal di jalan, apalagi menyentuhnya.
Konon, anak sang Ratu sendiri harus menerima hukuman dipotong kakinya,
karena lalai dan melompati barang yang sudah tergeletak di jalan
berbulan-bulan.
 |
| Riboet Gondrong |
 |
| Wardjito Soeharso |
 |
| Abah Arsyad Indradi |
 |
| Ahmad Daladi |
 |
| Bontot Sukandar - Rini Ganefa |
 |
| Sus S Hardjono |
 |
| Dwi Ery Santoso |
 |
| Fransiska Ambar K |
 |
| Rama Dinta |
 |
| Bambang Eka Prasetya |
 |
| Faizy Mahmoed Haly |
 |
| Lukni Maulana |
Sumber:
Facebook PMK (Orkes Puisi Sampak GusUran)
Sumber:
Facebook Bambang Eka Prasetya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.