Sabtu, 16 November 2013

Foto-foto Road Show 9 PMK di Pati: Suluk Maleman "Para Nasar dan Kejujuran Indonesia"

Rumah Adab Indonesia Mulia
Jalan Diponegoro 94 Pati 
15 November 2013

Anis Sholeh Ba’asyin: Di Amerika, ada seseorang yang membeli sebuah meja antik. Karena meja tersebut terlalu besar, maka terpaksa dibongkar sebagian agar bisa melewati pintu rumahnya. Saat membongkar meja yang dibelinya seharga 2 juta tersebut, pembeli tersebut malah menemukan tumpukan uang pecahan seratus dollar sejumlah 1 milyar. Apa yang dilakukannya? Si pembeli meja, merasa bahwa uang itu bukanlah uangnya; bukan haknya, karena yang dia beli adalah meja tanpa ada embel-embel uang di dalamnya. Lalu si pembeli pun bergegas melaporkan kepada penjual meja tersebut dan mengembalikan uang temuan itu. Ada dua hal penting yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari peristiwa ini. Dua hal itu adalah kejujuran dan amanah. Pada saat si pembeli meja itu merasa bahwa uang yang ditemukan di dalam laci meja itu bukan haknya, maka saat itu dia sudah berlaku jujur. Sedangkan amanah, adalah ketika si pembeli itu kemudian melaksanakan apa yang dirasakan dan dipikirkannya, yakni mengembalikan apa yang bukan miliknya atau haknya kepada yang lebih berhak. Dari sini bisa kita lihat perbedaan jujur dan amanah.

Agus Toto Widyatmoko: Sebenarnya banyak permasalahan korupsi yang tidak tersorot oleh kamera media. Dan ini juga sudah sangat dipahami masyarakat, salah satunya mengenai dana-dana bantuan sosial yang dianggarkan pemerintah. Dana-dana bantuan sosial, terutama untuk kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh masyarakat kerap mendapatkan perlakuan yang kurang sepatutnya. Itu bisa dilihat dari berbagai macam potongan yang diterapkan dengan dalih-dalih yang juga beraneka macam. Bisa dibayangkan, jika banyak kegiatan sosial yang terpangkas dana bantuannya, berapa besar yang dihasilkan? Inilah korupsi yang tak kentara. Dan semakin tak kentara akan semakin besar pula potensinya; otomatis semakin besar pula kerugian negara.

Sosiawan Leak: Di zaman Kalingga atau dalam istilah China disebut Holing, nyaris tak ada pejabat korup. Semua benda yang tergeletak di jalanan tak akan ada yang menyentuhnya, biarpun itu barang tak berharga. Mengapa begitu? Karena pada waktu itu Ratu Shima, raja perempuan kerajaan Kalingga, sangat takut jika ada warganya yang tidak jujur. Oleh sebab itu, ia menerapkan hukum yang sangat ketat. Sampai-sampai tak ada orang yang berani melompati barang yang tertinggal di jalan, apalagi menyentuhnya. Konon, anak sang Ratu sendiri harus menerima hukuman dipotong kakinya, karena lalai dan melompati barang yang sudah tergeletak di jalan berbulan-bulan.

Riboet Gondrong
Wardjito Soeharso
Abah Arsyad Indradi
Ahmad Daladi
Bontot Sukandar - Rini Ganefa
Sus S Hardjono
Dwi Ery Santoso
Fransiska Ambar K
Rama Dinta
Bambang Eka Prasetya
Faizy Mahmoed Haly
Lukni Maulana
Sumber: Facebook PMK (Orkes Puisi Sampak GusUran)





Sumber: Facebook Bambang Eka Prasetya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.

SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.