SUMENEP – Ketika hukum tak bisa tegas pada korupsi, mungkin puisi
bisa menaklukkannya. Ini sebentuk adaptasi dari apa yang pernah
dikatakan mantan Presiden Amerika Kennedy, ketika politik kotor, puisi
akan membersihkannya.
Semangat inilah yang menyeruak di auditorium STKIP PGRI saat
menggelar tadarus puisi bertajuk Puisi Menolak Korupsi. Sebab, korupsi
adalah candu, meracuni bangsa saat ini dan membunuh bangsa masa depan.
Begitu berbahayanya korupsi, para penyair pun menolak dengan gayanya,
dengan puisi.
Mengapa penyair menolak korupsi, itu karena penyair juga manusia yang menjunjung tinggi budaya. Sementara korupsi, bukan termasuk bagian dari budaya. Inilah yang dilawan para penyair nusantara yang hadir dalam tadarus puisi yang dihelat prodi FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Sumenep kemarin (19/4).
Sedikitnya, 13 penyair nusantara datang dan menolak korupsi dengan
puisi. Mereka antara lain, Zawawi Imron, Faaizi Elkaelan, Syaf Anton,
Hidayat Rahardja, A’yat Kholili (Sumenep), Autar Abdillah (Surabaya),
Lenon Machalli (Gresik), dan Sosiawan Leak (Solo). Selain itu, Tohir
Srimulat (Surabaya), Suyitno Ethexs (Mojokerto), Deni Mizhar (Malang),
Husno Abadi (Riau), dan Ardi Susanti (Tulungagung). Mereka membaca
puisinya yang dibukukan dalam antologi bersama, Puisi Menolak Korupsi.
Penyair Sumenep yang juga ketua panitia tadarus puisi ini, Moh fauzi,
menjelaskan acara dimaksud sebagai mimbar bebas berbasis puitik. Fauzi
menjelaskan, penyair punya tersendiri untuk menolak korupsi, antara lain
dengan menulis dan membaca puisi. “Ini salah satu cara kami untuk
memerangi korupsi yang menggurita di republik ini, semoga berguna,” dia
menjelaskan.
Sumber: http://www.koranmadura.com/2014/04/21/ketika-penyair-melawan-korupsi/
Posting serupa di website PMK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.