PMK KURANG MENGGIGIT? SUDAHKAH KITA PIKIRKAN LANGKAH SELANJUTNYA?
Kita tahu Grup Puisi Menolak Korupsi telah sukses mengadakan Road Show di berbagai kota. Kita tahu kesuksesan itu sebagai wujud kepedulian kita terhadap nasib negara dan bangsa yang sedang terpuruk oleh ulah koruptor yang telah menggurita di berbagai sektor dan lini kehidupan. Baik itu korupsi pribadi maupun korupsi berjamaah akan sangat terasa sekali dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Namun kita jangan lantas berbangga hati dengan upaya yang sedang dan telah kita lakukan. Kita jangan merasa nyaman dengan romantisme kebersamaan yang sedang kita "nikmati" dengan 'runtang-runtung' mengadakan road show tersebut.
Pernahkah kita berpikir untuk mengubah pola perjuangan kita untuk lebih realistis dalam upaya pemberantasan korupsi tersebut? Apakah kita pernah berpikir untuk menggali lebih dalam lagi suatu perjuangan yang lebih tajam menohok ke jantung para koruptor dengan lebih menekankan esensi yang sebenarnya dari misi grup ini. Kemudian grup ini mampu melahirkan gagasan untuk, misalnya, memperbaharui Undang-Undang anti korupsi yang lebih memberikan efek jera pada semua saja yang berniat atau bersyahwat korupsi. Atau bisakah kita menekan KPK untuk lebih tajam dalam upaya pemberantasan korupsi yang lebih riil semisal menerapkan hukuman yang lebih berat (kalau perlu hukuman mati seperti yang di terapkan di Negara RRC dengan ditembak langsung di belakang kepala dan organ tubuh koruptor tersebut disumbangkan bagi kepentingan kemanusiaan).
Janganlah evoria Road Show ini jadi ajang kebanggaan yang semu, karena perjuangan melawan korupsi dari grup PMK ini masih jauh dari sasaran yang sebenarnya yaitu memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Sekalipun grup ini lebih fokus pada gerak kultural untuk melengkapi gerakan yang diilakukan sejumlah masyarakat berikut medianya (hukum, politik, jurnalistik, agama, intelektualitas dll) (lihat "tentang" grup Puisi Menolak Korupsi) akan tetapi tidak salah dan sangat dianjurkan jika misinya bisa dipertajam dalam perjuangan penolakan korupsi yang bukan budaya keindonesiaan. Kemudian pada akhirnya nanti grup ini akan menjadi semacam barometer bagi sebuah organisasi yang memperjuangkan pemberantasan korupsi yang efektif, intensif dan tepat sasaran. Sekali lagi marilah kita mempertajam taring kita dalam upaya penolakan yang disertai perbaikan hukum yang lebih bersih dan berperikeadilan. Terima kasih semoga menjadi ibrah bagi perjuangan kita ke depan, aamiin..
Bumiayu-Brebes, 171113
Pernahkah kita berpikir untuk mengubah pola perjuangan kita untuk lebih realistis dalam upaya pemberantasan korupsi tersebut? Apakah kita pernah berpikir untuk menggali lebih dalam lagi suatu perjuangan yang lebih tajam menohok ke jantung para koruptor dengan lebih menekankan esensi yang sebenarnya dari misi grup ini. Kemudian grup ini mampu melahirkan gagasan untuk, misalnya, memperbaharui Undang-Undang anti korupsi yang lebih memberikan efek jera pada semua saja yang berniat atau bersyahwat korupsi. Atau bisakah kita menekan KPK untuk lebih tajam dalam upaya pemberantasan korupsi yang lebih riil semisal menerapkan hukuman yang lebih berat (kalau perlu hukuman mati seperti yang di terapkan di Negara RRC dengan ditembak langsung di belakang kepala dan organ tubuh koruptor tersebut disumbangkan bagi kepentingan kemanusiaan).
Janganlah evoria Road Show ini jadi ajang kebanggaan yang semu, karena perjuangan melawan korupsi dari grup PMK ini masih jauh dari sasaran yang sebenarnya yaitu memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Sekalipun grup ini lebih fokus pada gerak kultural untuk melengkapi gerakan yang diilakukan sejumlah masyarakat berikut medianya (hukum, politik, jurnalistik, agama, intelektualitas dll) (lihat "tentang" grup Puisi Menolak Korupsi) akan tetapi tidak salah dan sangat dianjurkan jika misinya bisa dipertajam dalam perjuangan penolakan korupsi yang bukan budaya keindonesiaan. Kemudian pada akhirnya nanti grup ini akan menjadi semacam barometer bagi sebuah organisasi yang memperjuangkan pemberantasan korupsi yang efektif, intensif dan tepat sasaran. Sekali lagi marilah kita mempertajam taring kita dalam upaya penolakan yang disertai perbaikan hukum yang lebih bersih dan berperikeadilan. Terima kasih semoga menjadi ibrah bagi perjuangan kita ke depan, aamiin..
Bumiayu-Brebes, 171113
Sumber facebook PMK (Mahbub Junaedi)
* * *
Oleh Herman Syahara
SAYA terus menyimak Fb Group PMK ini. Saya cukup banyak membaca gagasan dan pikiran agar PMK diinikan dan diitukan. Yang terbaru dilontarkan oleh rekan Mahbub Junaedi yang "menggugat" PMK kurang menggigit. Dia berharap PMK dapat bertindak lebih jauh lagi dengan membentuk semacam "gerakan menekan" agar PMK bisa lebih menggigit (lihat statusnya: "PMK KURANG MENGGIGIT? SUDAHKAH KITA PIKIRKAN LANGKAH SELANJUTNYA?"
Saya kira, respon dalam bentuk apapaun yang dilontarkan anggotnya yang termuat di Fb Group ini adalah keberhasilan "provokasi" dari buku dan Antologi PMK I dan II. Lain tidak. Artinya, PMK tidak hanya terbit lalu dijadikan hiasan di rak buku. PMK (baca: Puisi!) justru diseriusi, disimak, dan diaji. Karena itulah kemudian melahirkan harapan, impian, cita-cita, kesenangan, penghiburan,dan pada saat yang sama juga memercikkan rasa tidak puas, kecewa, atau pro dan kontra lainnya.
Lagi, ini saya sebut keberhasilan provokasi PMK itu. Namun, kembali saya urun pendapat, pikiran dan gagasan apapun yang berkaitan dengan PMK sebaiknya tetap berangkat dari tataran filosofi kelahiran buku ini PMK sendiri, yakni sebagai gerakan moral dan budaya. Bukan sebuah political movement, NGO movement, apalagi sebuah pressure group yang memiliki pamrih dan tendensi tertentu.
Kekuatan PMK adalah pertama-tama pada puisinya itu sendiri. Puisi inilah yang kita harapkan memberikan daya hidup untuk mengatakan tidak pada korupsi dan bergegas meninggalkan laku korupsi dalam diri siapapun dan dimanapun. Sampai di sini saya kira, "tugas" dan "misi" penyair telah "selesai". Kalau kemudian muncul gagasan road show PMK ke berbagai daerah di pelosok Tanah Air seperti yang telah, sedang, dan akan berlangsung, itu hanyalah "tools", "alat", untuk mengantarkan PMK agar menjangkau dan menyentuh lebih banyak lagi nurani.
Sejak peluncuran buku PMK di KPK, sejauh yang saya pantau dari Fb Group ini, kegiatan road show ini tidak bisa dibilang "kecil" dan sederhana. Dengan menghimpun kekuatan-kekuatan swadaya dan nonpartisan, gema PMK terus terus dan terus merasuk, menggedor, menggelombang, menusuk-nuruk nurani kita semua. Menembus ruang dan waktu. Tabik saya untuk kegiatan ini. Dan kita semua patut mengacungkan "two thumb". Namun, di akhir kata, saya ingin mengulang, kekuatan PMK adalah tetap pada puisi yang telah dilahirkan dari rahim imajinasi penyair-penyairnya. Ruh PMK adalah puisinya. Bukan pada gerakan-gerakan setelahnya. Wasalam.***
(Teks foto: Penyair Diah Hadaning tiba-tiba muncul di panggung menyuguhkan art opening pada Peluncuran Buku Antologi PMK, di gedung KPK, 27 September lalu)
Sumber: Facebook PMK (Herman Syahara)
* * *
Oleh Herman Syahara
SAYA terus menyimak Fb Group PMK ini. Saya cukup banyak membaca gagasan dan pikiran agar PMK diinikan dan diitukan. Yang terbaru dilontarkan oleh rekan Mahbub Junaedi yang "menggugat" PMK kurang menggigit. Dia berharap PMK dapat bertindak lebih jauh lagi dengan membentuk semacam "gerakan menekan" agar PMK bisa lebih menggigit (lihat statusnya: "PMK KURANG MENGGIGIT? SUDAHKAH KITA PIKIRKAN LANGKAH SELANJUTNYA?"
Saya kira, respon dalam bentuk apapaun yang dilontarkan anggotnya yang termuat di Fb Group ini adalah keberhasilan "provokasi" dari buku dan Antologi PMK I dan II. Lain tidak. Artinya, PMK tidak hanya terbit lalu dijadikan hiasan di rak buku. PMK (baca: Puisi!) justru diseriusi, disimak, dan diaji. Karena itulah kemudian melahirkan harapan, impian, cita-cita, kesenangan, penghiburan,dan pada saat yang sama juga memercikkan rasa tidak puas, kecewa, atau pro dan kontra lainnya.
Lagi, ini saya sebut keberhasilan provokasi PMK itu. Namun, kembali saya urun pendapat, pikiran dan gagasan apapun yang berkaitan dengan PMK sebaiknya tetap berangkat dari tataran filosofi kelahiran buku ini PMK sendiri, yakni sebagai gerakan moral dan budaya. Bukan sebuah political movement, NGO movement, apalagi sebuah pressure group yang memiliki pamrih dan tendensi tertentu.
Kekuatan PMK adalah pertama-tama pada puisinya itu sendiri. Puisi inilah yang kita harapkan memberikan daya hidup untuk mengatakan tidak pada korupsi dan bergegas meninggalkan laku korupsi dalam diri siapapun dan dimanapun. Sampai di sini saya kira, "tugas" dan "misi" penyair telah "selesai". Kalau kemudian muncul gagasan road show PMK ke berbagai daerah di pelosok Tanah Air seperti yang telah, sedang, dan akan berlangsung, itu hanyalah "tools", "alat", untuk mengantarkan PMK agar menjangkau dan menyentuh lebih banyak lagi nurani.
Sejak peluncuran buku PMK di KPK, sejauh yang saya pantau dari Fb Group ini, kegiatan road show ini tidak bisa dibilang "kecil" dan sederhana. Dengan menghimpun kekuatan-kekuatan swadaya dan nonpartisan, gema PMK terus terus dan terus merasuk, menggedor, menggelombang, menusuk-nuruk nurani kita semua. Menembus ruang dan waktu. Tabik saya untuk kegiatan ini. Dan kita semua patut mengacungkan "two thumb". Namun, di akhir kata, saya ingin mengulang, kekuatan PMK adalah tetap pada puisi yang telah dilahirkan dari rahim imajinasi penyair-penyairnya. Ruh PMK adalah puisinya. Bukan pada gerakan-gerakan setelahnya. Wasalam.***
(Teks foto: Penyair Diah Hadaning tiba-tiba muncul di panggung menyuguhkan art opening pada Peluncuran Buku Antologi PMK, di gedung KPK, 27 September lalu)
Sumber: Facebook PMK (Herman Syahara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.