ANATOMI KORUPSI
Oleh: Sosiawan Leak*
Seperti tubuh, korupsi memliki organ yang lengkap dengan berbagai
fungsi. Ada tangan yang dipakai untuk menggapai, memegang, meremas &
membetot. Selain tentu saja menyentuh mesra serta membelai manja
korbannya.
Ada kaki yang berguna untuk menopang tubuh kala berdiri, memangkas
jarak dengan berjalan atawa berlari, sambil sesekali meloncat jika
diperlukan mendekat sang korban dengan cepat. Juga untuk menjejak saat
melakukan perlawanan bahkan dengan mendepak dan menendang kepada pihak
lain yang tak dibutuhkan.
Korupsi juga punya kepala di mana bercokol fungsi organ paling
penting dan utama. Mata untuk melirik & melihat sesekali melotot di
saat mulut menggertak, hidung mendengus, serta dahi berkernyit sembari
menjalin dua pangkal alis ke pusat jidat. Demikian pula tentu saja di
kepala itu menempel mulut guna mengunyah & menelan obyek tangkapan
dibantu para gigi serta saluran kerongkongan. Setelah sebelumnya acap
diendus lebih dulu oleh hidung serta cek rasa di wajah lidah.
Seperti tubuh, organ-organ korupsi merupa satu kesatuan yang
bersandar pada kekuatan motorik dan kepekaan sensorik. Kekuatan fisik
& non fisik. Kekuatan luar & dalam. Termasuk perut di mana di
dalamnya berumah beragam usus berikut kemanfaatannya. Para usus itu
mencerna dan memilah milih benda jarahan ke masing-masing wilayah
berbeda. Ada yang disekap di usus besar, ada yang digiling di usus halus
setelah sebelumnya nyangkut ke usus dua belas jari. Tapi jangan lupa,
pasti ada hasil korupsi yang kesasar nyangkut di appendix. Hingga butuh diamputasi oleh si empunya demi kesehatan tubuhnya.
Namun dari semua itu sebagaimana tubuh, yang paling menentukan dari
‘makhluk’ bernama korupsi adalah otak dan hatinya. Di sinilah segala
logika & argumentasi berikut visi perilaku korupsi diolah dan
dimatangkan. Termasuk saat sempat ‘mempertimbangkan’ norma baik &
buruk, benar & salah, neraka & surga, hingga tuhan & setan.
Bertaut berkelindan otak & hati korupsi menjadi dasar pemikiran, pun
timbang saran logika serta moral dalam menentukan laku korupsi secara
ideologis atau dengan serampangan
Sebagaimana tubuh, organ-organ itu bekerja secara kompak dan
menyeluruh. Saling mendukung dan terkoordinasi dalam sinergi yang intens
dan berkelanjutan. Kegagalan menghadapi ‘makhluk’ bernama korupsi kerap
diawali dari pemahaman keliru atas tubuhnya yang dianggap tak utuh,
ringkih, sendiri & kesepian.
Maka, boleh saja sistem pengawasan disiapkan dengan berbagai kecanggihan saat mencegat laju korupsi. Tapi toh,
berbagai cara berkelit dan menghindar dengan tingkat keberdayaan
canggih selalu saja berhasil dia siapkan untuk meloloskan diri dari
deteksi pengawasan birokrasi. Silahkan perangkat aturan dan
undang-undang berikut lembaga centengnya diproduksi masal tiada henti,
tapi jangan kecewa jika semua itu semaput saat mengejar hendak
menghajar korupsi. Lantaran ketika diselidik, disidik hingga disidang,
‘makhluk’ itu akan dengan gampang menghiba atas nama mata hati dan
nurani. Bersiasat licik, menelikung pikiran & menjebak empati dengan
sinema simpati yang melahirkan permakluman dan pengampunan. (Setelah
sebelumnya mungkir berbekal fatwa malaikat bertampang nabi. Membela
diri, menghajar balik hukum dan aturan serupa memperlakukan tai).
Kini, generasi termutakhir korupsi rampung bermetamorfosa serupa air
& udara. Malih rupa santapan yang kita butuhkan senantiasa. Nyaris
tak beda rasa, bau, warna & wujudnya dengan air, udara & makanan
sejati. Butuh usaha keras & upaya kuat untuk mengenali tubuh dari
‘makhluk’ bernama korupsi. Satu di antaranya melalui puisi yang
bersandar pada ketajaman pikiran, kejernihan mata hati dan kedalaman
nurani.
*Sosiawan Leak
(Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi)Sumber: Facebook Sosiawan Leak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda memiliki kesan, pesan/saran maupun masukan atau pengalaman dengan Gerakan PMK, silakan ketik komentar Anda di bawah.
SATU HATI Tolak Korupsi untuk Negeri.