"Puisi tak bisa memberantas korupsi," tegas Jenderal
Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK), Sosiawan Leak, ketika berlangsung talk show PMK
ke-35, di aula hotel Ungaran Cantik, Kota Ungaran, Semarang, baru-baru
ini. "Paling hanya bisa menolak, menentang, atau melawan. Itu saja,"
tambahnya menegaskan, yang disambut tepuk tangan gemuruh dari semua yang
hadir. Talk show itu menampilkan pembicara utama Mbak Oely Sidabalok
dan Mas Donny Danardono. Hadir sekitar 200 laskar PMK dari seluruh
penjuru tanah air, termasuk dari Malaysia. Terlihat jenderal Leak,
memakai sepatu jenggel tentara, hehehe....
Namun harus diakui,
gerakan moral PMK yang digenderangkan Leak dan para penyair Nusantara
beberapa tahun lalu itu, seperti virus yang terus menyebar ke mana-mana.
Anti korupsi dimulai dari diri sendiri dan keluarga para penyair PMK.
Gerakan ini telah didukung oleh berbagai pihak, termasuk dari KPK, dan
pernah diundang pentas di gedung lembaga anti korupsi Indonesia itu. Ini
membuktikan, PMK sudah diakui, sebagai gerakan moral anti korupsi, yang
sudah pentas road show di 35 kota besar di Indonesia. Dan akan terus
mengelilingi kota demi kota. Edan, ya? Hahaha....
Lima buku tebal
kumpulan para laskar PMK sudah terbit dan sekarang menuju ke yang
keenam. "Selama korupsi masih merajalela di tanah air, kita akan menulis
puisi anti korupsi terus, sebagai bentuk perlawanan," kata Leak lagi.
Ah, benar juga, kumpul dengan para laskar PMK, ada semangat membara
dalam dada, untuk ikut berjuang membela bangsa dan negara. Sama dengan
para pejuang 45. Bedanya, mereka mengangkat senjata, dan kita mengangkat
pena. Bukankah pena lebih tajam dari seribu meriam? Kata-kata terkenal
Napoleon Bonaparte, sekian ratus tahun lalu itu seperti masih bergema
sampai kini. Ah... hehehe...
Acara PMK ke-35 kali ini, dikemas
apik oleh Bu Sulis Bambang dan kawan-kawan dari Semarang, seperti Mas
Driya Widiana, Mas Artvelo Sugiarto, Pak Imam Subagyo, Mas Lukni
Maulana, Mbak Fransiska Ambar Kristiani, dan lain-lain dengan ditandai
peluncuran buku "Perempuan Menentang Korupsi" karya para penyair wanita
PMK. Dilanjutkan dengan pentas baca puisi oleh para perempuan seperti
Mbak Dyah Setyawati, Mbak Ardi Susanti, Mbak Cynthia Suwarti, dan
lain-lain termasuk Bu Sulis Bambang sendiri selaku ketua penyelenggara,
tampil di depan umum dan nyanyi, hehehe...
Tampil atraktif Mbak
Elisyus dan memukau audience dengan pembacaan puisi "Pertiwiku Sudah
Mati". Sedangkan Mas Haryanto Sukiran tampil monolog "Semar". Bagi para
laskar PMK lelaki pun banyak yang ikut tampil seperti Mas Heru Mugiarso,
Mas Rama Dinta, dan lain-lain. Maaf para pembaca puisi, tidak dapat
saya sebutkan satu persatu di sini, akan terlalu panjang banget.
Pokoknya ramailah, ada mbak Denis Hilmawati dari Solo, mbak Cinta
Logika, Mas Wage Teguh Wiyono, Mas Bontot Sukandar, Pak Bambang Eka
Prasetyo, Mas Ethexs Suyitno bersama anak dan istrinya, ikut tampil
meramaikan. Sekali lagi maaf ya, teman-teman, hehehe....
Ini yang
spesial, tampilnya Mas Joshua Igo, sastrawan yang juga musikus.
Membawakan orgen tunggal, mengiringi baik yang baca puisi, maupun yang
nyanyi. Anehnya, setiap gerak-geriknya, selalu dirubung ibu-ibu
Muslimah. Apa mungkin sudah takdir hidupnya, entahlah, hehehe....Okre,
selamat sukses teman-teman PMK, salam laos.
Semarang, Desember 2015